Alor Rangking Pertama Penyerapan Anggaran di NTT

Kalabahi, seputar-ntt.com – Dalam rangka evaluasi penanganan dan upaya pemulihan ekonomi terkait dampak covid-19 di Provinsi NTT, serta realisasi APBD Kabupaten/Kota khususnya belanja modal, belanja barang dan jasa belanja bansos, Kabupaten Alor mendapat rangking pertama penyerapan anggaran tertinggi di NTT yakni 39 persen.

Hal ini disampaikan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, pada rapat kerja secara daring melalui video conference, Gubernur, Wakil Gubernur NTT bersama para Bupati, Wali Kota Se-NTT, Rabu 2/9/2020.

“Kabupaten Alor paling tinggi, penyerapan anggarannya. Kalau Alor yang sangat terpencil saja 39 persen, lalu mengapa di daerah-daerah lain ini masih nol persen. Apakah catatan dokumennya tidak ada, atau ada kerja tapi dokumennya tidak ada, atau apa.” tanya VBL, sapaan akrab Gubernur.

Menurutnya, data yang ia peroleh dari beberapa Kabupaten/Kota yang penyerapannya masi nol persen yakni, Rote Ndao, Sumba Timur, TTU, Ende, Sikka, Manggarai, Malaka. Sementara Kabupaten yang lain masih berkisar sekitar 20 persen ke bawah.

Khusus untuk bantuan sosial, lanjut VBL, masih ada yang nol persen, sehingga diharapkan langkah-langkah yang diambil harus cepat. Kalau tidak, maka akan menyebabkan stagnasi yang luar biasa, serta pertumbuhan ekonomi yang sudah terkena dampak covid-19, akan mengalami masalah serius.

“Para Bupati, Wali Kota, harus serius terhadap penyerapan anggaran, karena bukan masalah pada pengendalian covid-19 saja, tetapi juga pengendalian ekonominya. Ini hal serius karena dampak langsung pada masyarakat itu juga,” sambung Laiskodat.

Karena itu, diri berharap agar para Bupati, Wali Kota untuk sesegera mungkin menyiapkan langkah-langkah strategis untuk dapat memulihkan ekonomi lewat investasi anggaran pemerintah termasuk belanja APBD.

“Kalau ini tidak dicermati dengan benar, maka keterpurukan kita yang sudah dalam akan semakin dalam lagi,” tegasnya.

Terkait dengan penyebutan zona merah atau zona hijau dalam pananganan pendemi covid-19, politisi NasDem ini pun harapkan agar jangan satu orang terjangkit covid-19, langsung seluruh daerah itu disebut zona merah.

“Khusus untuk zona merah, zona hijau, jangan satu orang terpapar lalu semua wilayah disebut zona merah, itu buat orang takut. Satu orang terjangkit, ya bilang saja satu orang kena covid-19, jangan bilang kembali zona merah. Zona merah itu, kalau 2000 orang kena covid di satu kota, kalau satu orang saja, tidak ada zona merah di situ,” tutup Gubernur Laiskodat. (Lia/Tim Prokom Setda Alor).

Komentar Anda?

Related posts