Anugerah Resort dan Anomali Pariwisata di Pantai Nembrala

Pemilik Anugerah Resort, Erasmus Frans Mandato, sedang menunjukkan peta wisata di Kabupaten Rote Ndao

Ba’a, seputar-ntt.com – Mendung tebal di atas langit Anugerah Resort pada Jumat, 19 November 2021 membuat laju sinar rembulan seperti tertahan di angkasa. Kilat yang menyambar di balik awan ditimpali suara guntur seperti tak kuasa menahan lajunya malam. Suasana di Resto Anugerah Resort sudah lengang. Hanya nyiur melambai yang masih setia menunggu pagi. Kami sisa tiga orang yang masih bercerita ditemani bir kaleng. Rombongan wartawan yang menginap dalam kegiatan Media Gathering OJK dan BI sudah masuk kamar untuk istirahat.

Duduk dan berbagi kisah dengan Pemilik Anugerah Resort, Erasmus Frans Mandato seperti tak membuat bosan. Sebagai praktisi pariwisata, dia paham benar pasang surut dunia para pelancong di Nusa Fua Funi ini. Pemilik Anugerah Resort ini banyak berkisah tentang haru biru dunia wisata di masa pandemi Covid-19. Penyakit yang datang dari Wuhan China itu telah meluluhlantahkan semua sendi kehidupan, termasuk menghancur-leburkan dunia pariwisata. Tak pelak, pantai Nembrala yang terkenal dengan gulungan ombak dan surga bagi para peselancar itu, juga ikut tersungkur. Mus Fras, sapaan akrab Erasmus Frans, juga ikut ngos-ngosan. Bagimana tidak, Resort miliknya menjadi sepi pelancong dan pencinta selancar. Dia harus bertahan sekalipun dia juga pernah menjadi korban penyakit Covid-19.

“Saya terkena Covid-19 selama dua bulan. Penyakit itu benar-benar membuat kita tersiksa hingga membuat mental kita jatuh. Kita dibuat seperti orang yang tidak punya harapan dan tidak butuh orang lain akibat dari kita terlalu lama sendiri dalam isolasi mandiri,” kata Mus Frans yang juga anggota DPRD Kabupaten Rote Ndao dari Partai Hanura itu.

Ditanya tentang kondisi pengunjung atau wisatawan ke Nembrala, Mus Frans berkisah bahwa pada semester kedua tahun 2021 ini, ada peningkatakan pengunjung dari wisatawan domestik. Meningkatnya angka kunjungan ke Nemberala seiring dengan menurunnya angka penyebaran Covid dan level PPKM juga mengalami penurunan. Walau kunjungan wisatawan manca negara masih sepi, namun wisatawan lokal yang ingin menghabiskan waktu di tempat wisata cukup tinggi. Karena ada perubahan yang drastis dari sisi wisatawan dimana selama ini yang berkunjung lebih banyak dari manca negara maka pola promosi dan pelayanan juga mengalami perubahan yang cukup signifikan.

“Ini terjadi anomali pariwisata di sini. Dulu yang banyak datang adalah orang dari negeri, tapi sekarang wisatawan domestik yang ramai berkunjung. Orang dari luar negeri terkunci di negara mereka sendiri akibat pandemi Covid. Karena adanya anomali ini maka kita juga harus mengubah cara promosi secara total. Jika dulu kita andalkan website maka sekarang, kita harus mengubah dengan mengikuti platform media sosial saat ini. Itu juga terus berubah. Misalnya kita promosi lewat Facebook, tapi orang sudah lewat Instagram. Sekarang sudah ada tik-tok dan platform media sosial lainnya. Nah kita harus mampu menggunakan itu untuk promosi,” ungkap Mus Frnas yang juga Sekertaris Partai Hanura Kabupaten Rote Ndao ini.

Mus Frans mengisahkan, ada beberapa perbedaan antara wisatawan manca negara dengan wisatawan domestik. Jika para bule atau wisatawan manca negara itu menang di long stay atau masa tinggal yang lebih lama, maka wisatawan domestik lebih gemar dan royal belanja, terutama sovenir dan tenun ikat. ” Kalau bule itu, setelah pulang selancar, mereka makan, tidur dan minum bir. Mereka bisa tinggal dalam waktu yang lama tapi mereka irit belanja. Sementara kalau wisatawan domestik, walaupun mereka tidak tinggal lama namun mereka gemar belanja,” papar Mus Frans.

Banyak hal yang ingin digali dari seorang Mus Frans, namun malam sudah hampir berganti hari. Pengetahuan dan pengalamannya di bidang pariwisata laksana air laut yang tak pernah berkurang sekalipun ditimba dan tidak pernah meluap sekalipun diguyur. Dia sosok rendah hati, politisi yang kekeh pada idealisme. Dia adalah orang yang sangat mencintai dunia selancar. Dunia yang telah menuntunnya pada kompas kehidupan dan garis takdir yang sedang dia jalani. (joey rihi ga)

Komentar Anda?

Related posts