Kupang, seputar-ntt.com – Dalam rangka memberantas stunting di wilayah NTT, Yayasan Jaringan Peduli Masyarakat (JPM) menggandeng Weekend Id sebagai mitra, untuk melaksanakan Program Desa Berdaya Generasi Maju (Daya Gema).
“Untuk program saat ini, kami fokus pada Kecamatan Kolbano. Dimana sebelumnya ada lima desa, tapi tahun ini sudah tambah tujuh desa, sehingga total 12 Desa,” tandas Ketua Yayasan JPM, Yohanis Pakereng yang didampingi CEO We Care.Id, Gigih Setyanto selaku donatur saat jumpa pers di Kupang, Rabu (9/11/2022).
Dijelaskan Yohanis Pakereng, dengan program Daya Gema ini diharapkan dapat memperkuat kapasitas aparat desa untuk memahami tentang stunting, disamping itu dapat memperkuat kapasitas kader-kader Posyandu.
“Kami bukan hanya melakukan sosialisasi saja, tapi juga membuat kegiatan-kegiatan yang langsung menyentuh keluarga yang memiliki anak stunting, seperti memberi dukungan benih sayur dan ikan lele, yang tentunya kita langsung mengajarkan membuat kolam dan cara budi dayanya,” tandas Yohanis Pakereng.
Hal ini, tambah Yohanis Pakereng, bukan hanya menolong keluarga untuk mendapatkan asupan makanan yang bergizi saja, tapi juga bisa meningkatkan perekonomian keluarga tersebut, sebab dari hasil panen sayur maupun ikan lele, sebagian bisa dijual dan sebagian untuk konsumsi sendiri.
“Kita juga sangat peduli dengan remaja, karena diketahui penyebab stunting ada yang berasal dari keluarga muda, dimana mereka belum siap membina keluarga, tapi sudah memiliki anak. Maka dengan sendirinya anak-anaknya tidak mendapat asupan gizi yang baik,” ujar Yohanis Pakereng.
Yohanis Pakereng mengakui, para remaja tersebut perlu diberi penyuluhan, supaya bisa mempersiapkan diri sebaik mungkin ketika sudah menuju pernikahan. Seperti rajin konsumsi tablet tambah darah secara teratur yang diberikan Puskesmas, karena banyak ditemukan remaja, khususnya putri yang kekurangan darah.
“Mereka harus mempersiapkan diri dengan baik, bagaimana bisa jadi ibu kalau mereka sendiri belum mempersiapkan diri dengan matang,” tandas Yohanis Pakereng.
Pihaknya juga menekankan pentingnya kerja bersama, dengan melibatkan aparat desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, Babinsa, kader Posyandu yang stakeholder terkait lainnya.
“Dengan kerja kolaborasi ini, maka kami bentuk Tim Monitoring Stunting Desa, yang tugasnya melakukan pengecekan kepada keluarga yang memiliki anak stunting, apakah mereka menerapkan apa pengetahuan yang diperolehnya, dan apakah mereka rutin membawa anaknya ke Posyandu untuk mengecek kesehatannya,” tambah Yohanis Pakereng.
Pada kesempatan yang sama, CEO We Care.Id, Gigih Setyanto mengatakan WeCare.Id dari awal fokusnya membantu masyarakat yang membutuhkan biaya medis.
“Kita mulai karena keresahan salah satu founders kami ketika praktek kerja di Flores dan Kolbano, meskipun secara umum sudah ada BPJS, tapi karena infrastruktur yang kurang memadai, akhirnya kebutuhan utama medis tidak bisa tercukupi dengan baik, sehingga harus dicarikan dana dari donatur,” jelas Gigih Setyanto.
Goals yang diharapkan, ujar Gigih Setyanto, mengikuti target ideal dari Pemerintah Pusat (Pempus), akan diusahakan bisa terpenuhi. Mengingat stunting adalah benar-benar masalah yang mengakar dari kecil.
“Kalau sudah masalah dari kecilkan, maka akan tumbuh tidak maksimal, sehingga secara pendidikan, karier dan kualitas hidupnya akan menurun. Untuk itu perlu diberantas dari Sabang sampai Merauke,” tegas Gigih Setyanto.
Gigih Setyanto juga mengungkapkan kesulitannya dalam mencari donatur yang disalurkan melalui online, karena masih memiliki rasa takut terkait penyalurannya tepat sasaran atau tidak.
“Untuk itu, kita harus bisa meyakinkan. Meskipun kita dengan donatur tidak bertemu langsung. Sehingga kita juga harus bisa mengkomunikasikan, dengan cara tim care rajin datang kesini dan memberitahukan kondisi yang sesungguhnya,” pungkas Gigih Setyanto. (joey)