Kupang, seputar-ntt.com — BI Perwakilan Provinsi NTT memprediksi tahun 2019 ini Inflasi di NTT pada kisaran 2,40 – 2,80%, sedikit melambat dibandingkan capaian tahun sebelumnya sebesar 3,07%.
Demikian diungkapkan Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI NTT, Muhammad Syahrial pada kegiatan SAnte SANte Duduk baOming deng meDia (SASANDO Dia) di Ja’O Cafe, beberapa hari lalu.
“Dengan strategi 4K yakni Pengendalian Inflasi yakni Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi yang efektif yang dilakukan anggota TPDI NTT, dalam mengendalikan Inflasi,” tandas Syahrial.
Penekanan laju Inflasi, jelas Syahrial, terutama di kelompok bahan makanan yang didatangkan dari daerah lain, seperti beras, daging ayam ras, telur ayam ras dan cabai merah serta faktor normalisasi harga sayur-sayuran pasca kenaikan cukup tinggi pada tahun sebelumnya.
Di sisi lain, tambah Syahrial, cukai rokok yang tidak dinaikkan pemerintah serta penurunan harga tarif listrik turut menjadi penahan inflasi pada tahun 2019.
“Peringatan hari besar keagamaan seperti Natal juga dapat dapat memberikan tekanan pada inflasi secara umum terutama kelompok bahan makanan dan tarif angkutan udara seiring meningkatnya permintaan,” ujar Syahrial.
Pada kesempatan yang sama, Syahrial jugaengungkapkan, pada bulan Juli 2019, Provinsi NTT mengalami inflasi 0,21% (mtm) 0,23 (ytd), setelah pada bulan sebelumnya menunjukkan deflasi sebesar -0,19% (mtm). Inflasi didorong oleh peningkatan pada kelompok core/inti yakni biaya pendidikan terutama SD dan SMA seiring dimulainya tahun ajaran baru dan kenaikan tarif pusa telepon seluler (ponsel).
“Secara tahunan, inflasi Provinsi NTT pada triwulan II 2019 tercatat sebesar 1,70% (yoy)*, lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2019 yang mencapai 1,35% (yoy). Pencapaian inflasi tahunan tersebut masih di bawah sasaran inflasi nasional yakni 3,5±1% (yoy),” tandasnya. (joey)