Cara Pikir Berbeda, Benturan Antara Aparatur Muncul

Oelamasi, Seputar NTT.com – Cara berpikir aparatur Pemerintah yang berbeda saat melihat persoalan yang ada di Desa sering melahirkan benturan dari pelaku pembangunan itu sendiri. Hal ini karena aparatur pemerintah tersebut kerap melihat mereka berada di luar sistem.

Hal ini dikatakan Sekretaris Daerah Kabupaten Kupang, Drs. Hendrik Paut, M.Pd, Selasa (17/9) saat membuka diklat peningkatan kapasitas sumber daya aparatur dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan pelatihan peningkatan masyarakat akan nilai-nilai luhur budaya bangsa serta pelatihan pencegahan peredaran penyalahgunaan miras dan narkoba bagi aparatur Kecamatan dan Desa di Wisma Oemathonis Camplong.

Menurut Paut, kegiatan ini merupakan upaya bersama membangun pemahaman pola piker agar semua perangkat pemerintah dari tingkat Kabupaten, Kecamatan dan Desa berada pada barisan yang sama untuk melihat berbagai persoalan pelayanan kemasyarakatan yang diinginkan dan dikehendaki masyarakat.

“Kita semua ini pelayan masyarakat tetapi sering terjadi selalu ada benturan dari para pelaku pembangunan. Apa masalahnya? Ini karena cara berpikir kita berbeda dalam melihat persoalan yang ada di Desa sehingga kita merasa seolah-olah kita berada diluar sistem,” kata Paut.

Dikatakan, aparatur pemerintah seyogyanya berada pada barisan terdepan untuk melihat persoalan yang ada ditengah masyarakat.

“Kegiatan pengembang kapasitas ini, bagaimana merubah cara berpikir kita. Merubah pola pikir agar pemahaman terkait dengan tugas dan tanggung jawab aparatur itu betul-betul utuh,” kata Paut lagi.

Bupati Kupang, Drs. Ayub TituEki sebelumnya saat memimpin Apel Kesadaran yang diikuti para pimpinan SKPD dan staf Lingkup Pemkab Kupang mengatakan, Mewujudkan pembangunan yang berhasil tidak hanya cukup dengan mengharapkan dana Pemerintah dan dukungan investor saja, namun perlu ditambahkan dengan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat yang perlu dimulai dari diri aparatur Pemerintah.

Bagaimana mau membangun kalau kualitas atau karakater pegawai ada yang tidak terpuji dan melakukan perbuatan yang tidak baik seperti mencuri waktu, mencuri uang dan bahkan ada yang mencuri cinta istri orang lain.

“Sudah punya istri tapi masih selingkuh dengan istri orang lain. Itu namanya pencuri cinta. Ini merupakan sikap mental yang perlu didisiplinkan. Bagaimana kita sebagai aparat mau membangun pola pikir masyarakat, kalau kita sendiri belum berubah,” kata Bupati Titu Eki.

Dikatakan, sejak awal kepemimpinan dirinya sudah menekankan pentingnya para pejabat dan pegawai untuk dapat berkerja dengan baik dan penuh kedisiplinan.
Selain kedisplinan dalam berkerja, hal penting lainnya ialah sikap disiplin mengikuti apel kesadaran yang dilaksanakan tanggal 17 setiap bulannya. Namun dalam pelaksanaanya hingga saat ini, di akhir-akhir kepemimpinannya sikap disiplin pegawai mulai berkurang baik dalam melaksanakan tugasnya, maupun dalam mengikuti apel kesadaran.

Menyikapi itu, Bupati Titu Eki tegaskan agar pada minggu-minggu kedepan, setiap SKPD dapat memberikan laporan jum peserta yang hadir mengikuti apel maupun tidak agar dapat ditindaklanjuti. (sho)

Komentar Anda?

Related posts