Desa Terisolir di TTS Jadi Pilot Project Sukeskan Program Makanan Bergizi Gratis

  • Whatsapp

Kupang, seputar-ntt.com — Sebuah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Desa Koa Kecamatan Mollo Barat Kabupten TTS, kedepan akan menjadi pilot project pelaksanaan Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) khusus untuk daerah yang terisolir. Penegasan ini disampaikan Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola Badan Gizi Nasional (BGN), Tigor Pangaribuan, Rabu (12/3) siang, ketika berkunjung ke Desa Koa untuk meninjau SPPG (mitra BGN) atau dapur yang nantinya menyuplai kebutuhan makanan untuk mendukung Program MBG dari Presiden RI Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka.

Ikut serta dalam kunjungan ini tim dari UNICEF, Florencio Mario Vieira yang adalah Tenaga Ahli Utama BGN, serta wakil ketua DPRD NTT, Fernando Ozorio Soares, dan sejumlah pejabat lainnya. Sementara dari Pemkab TTS, hadir Sekda, Edison Sipa. Sementara camat setempat, Apris Oematan dan kepala desa, Lakluin Lake, menyambut rombongan di lokasi.

Kepada wartawan saat doorstop di lokasi dapur, Tigor memberi apresiasi atas semangat dan kerja keras dari pengelola SPPG yang tiada lelah mempersiapkan seluruh kebutuhan sehingga prigram MBG segera dilaksanakan disana. Bahkan diakuinya, medan yang berat bukanlah tantangan bagi warga untuk bekerja.

“Saya akui, cukup berat medannya ke sini. Tapi saya bangga dengan semangat dan kerja keras dari warga disini. Terutama SPPI yang luar biasa. Mereka penuh antusias dan saya yakin program Pak Prabwo Subianto dan Pak Gibran Rakabuming akan sukses disini. Kita bisa melihat kerja keras dan keuletan warga disini,”tegasnya.

Dia juga berpesan agar mereka mempersiapkan segala keperluan seperti alat masak serta ompreng sehingga seusai Lebaran nanti, semua sudah bisa berjalan.

“Dengan konsisi yang sulit seperti ini saya yakin bisa berjalan programnya. Apalagi ada support positif dari Pemda TTS. Saya sangat berharap agar nantinya kedepan, lokasi Desa Koa ini menjadi model kita dalam pelayanan di desa dan tempat yang jauh serta terisolir. Tadi sudah dijelaskan bahwa untuk sekolah yang jauh, mereka akan menghadirkan dapur satelit untuk mendukung mereka sehingga makanannya tiba tepat waktu,”jelas Tigor.

Saat meninjau PAUD Monit Feu yang bersebelahan dengan SPPG, Tigor memohon dukungan seluruh warga untuk selalu bersinergi menyukseskan program Prabowo-Gibran tersebut.

“Kepada masyarakat saya titip pesan agar selalu bersyukur kepada Tuhan. Dan juga kepada Pak Mario Vieira, staf ahli utama kita di BGN, kami berterimakasih karena sudah banyak mensupport,”ungkap Tigor.

Janse Priskila Punuf, selaku Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) dalam program MBG ini, dengan cekatan menjelaskan ruang-ruang yang sejatinya akan dijadikan dapur demi menyukseskan program tersebut.

“Kami sangat bersyukur karena ternyata kamilah yang dipilih untuk mendapatkan bangunan mewah ini sebagai SPPG. Di loksi Desa Koa, kami akan melayani 14 sekolah yang mencakup 1200 orang diantaranya anak sekolah, ibu hamil dan Balita,”tegas Janse sembari menjelaskan, mereka juga sudah menyiapkan 17 tenaga yang akan mempersiapkan makanan. Mereka adalah warga lokal yang sudah dilatih sebelumnya sehingga dia yakin program MBG di Desa Koa akan sukses dan menjadi pionir bagi daerah lain.

Sementara terkait bahan makanan, menurutnya tidak ada kendala. Pasalnya, daerah ini adalah penghasil beras di TTS, dan juga mereka memiliki aneka sayuran dan banyak ternak sapi. Hanya buah-buahan saja yang menjadi kendala bagi mereka sehingga akan didatangkan dari luar.

“Kami pakai telur ayam kampung karena disini ada stoknya,”tambah Janse. SPPG di Desa Koa bernaung dibawah Yayasan Wadah Titian Harapan.

Sekda TTS, Edison Sipa saat itu dalam sambutannya berterimakasih atas kunjungan tim dari BGN yang sudah jauh datang ke lokasi yang masih terisolir tersebut. Menurutnya, TTS masih memiliki banyak keterbatasan, namun krena ada spirit kerja keras sehingga Pemkab TTS yakin program MBG akan sukses dilaksanakan.

Mario Vieira saat itu menambahkan, Desa Koa dipilih sebagai pilot project pelaksanana program MBG daerah terluar karena topografinya yang sangat sulit. Diawali dengan kehadiran Yayasan Wadah Titian Harapan pada 2013 lalu, SDM warga sudah dipersiapkan sehingga ketika program apapun yang datang, warga sudah sangat siap. Apalagi, ibu-ibu rumah tangga disana sudah pernah dikirim ke India untuk belajar tentang colar cell. Saat ini 300 lebih KK sudah menggunakan listrik energi baru terbarukan. Pada kesempatan itu juga Antonio Sarmento selaku mitra program MBG menyerahkan secara simbolis satu unit kompor dengan menggunakan energi baru terbarukan kepada Janse Punuf selaku SPPG setempat disaksikan tim dari BGN, Sekda TTS dan juga tim UNICEF. Kedepan kompor ini akan digunakan di lokasi-lokasi terpencil karena tidak menggunakan elpiji dan listrik.

Ada yang menarik dari kunjungan tersebut yakni lokasi SPPG yang sangat jauh dari pusat kota, dan masuk dalam kategori daerah terisolir karena tiada fasilitas pendukung seperti jembatan yang layak. Terpantau media ini, setidaknya ada lima sungai empat diantaranya sungai kecil sedangkan satunya sungai besar yang luasnya diperkirakan 40 meter sehingga ketika hujan di hulu, akan menutup akses warga sehingga mereka tidak bisa kemana-mana karena kapasitas air sungai yang sangat besar.

Ketika tim turun ke lokasi, tiga kali belasan mobil rombongan harus berhenti karena diderek mobil pemandu. Begitu pula ketika tiba di sebuah sungai besar dekat Desa Koa, warga membentuk formasi pagar betis sebagai penunjuk arah bagi kendaraan agar tidak terjebak palung sungai dan bebatuan besar. Sementara tinggi air hampir mencapai satu meter.

Faktor alam ini tidak membatasi niat Deputi dan rombongan untuk menuju lokasi, dimana sudah banyak warga menanti. Setibanya di sana, Tigor yang didampingi sejumlah pejabat meninjau dari dekat SPPG permanen yang kedepan akan menjadi SPPG contoh untuk pelayanan program MBG wilayah terluar dan terisolir. (***)

Komentar Anda?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *