Dira Tome dan Lebu Raya Satu Atap di bumi Lepanbatan

  • Whatsapp

Lewoleba, seputar-ntt.com – Malam perlahan merayap ketika penghuni di bumi Lepanbatan atau Lembata merajut mimpi. Namun suasana di Lobi Hotel Palm Beach di kawasan Waikomo city, Kota Lewoleba terasa hangat dalam diskusi. Disana ada Bupati Sabu Raijua, Marthen Dira Tome yang sementara berdiskusi dengan sejumlah tokoh muda setelah bertemu dengan sebagian masyarakat di Lewoleba.

Waktu telah menunjukan pukul 00:10 Wita, dan hari Sabtu Tanggal 1 Oktober  2016, tanggal yang biasa diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila dimulai. Saat itu Mobil Fortuner putih memasuki loby hotel. Dari dalam mobil, turun Gubernur Frans Lebu Raya yang baru menujup festival seni Flores-Lembata. Dia didampingi penjabat Bupati Lembata, Sinun Petrus Manus bersama istri serta mantan Wakil Bupati Lembata, Viktor Mado Watun. Lebu Raya yang turun dari dalam mobil langsung menyalami sejumlah awak media yang sedang berdiri di teras Hotel.

Lebu Raya kemudian masuk menuju loby hotel. Bupati Sabu Raijua Marthen Dira Tome bersama sejumlah tokoh muda di Lembata langsung berdiri dan menyalami Gubernur Frans Lebu Raya. “Pak Bupati Sabu Raijua juga disini rupanya,” kata Lebu Raya seraya menjabat tangan Dira Tome. Dia pun menjawab, “Siap Pak Gubernur, saya baru bertemu suadara-saudara yang ada di Lembata,” ujar Marthen.

Dira Tome dan Lebu Raya nampak akrab sambil bercerita disaksikan Petrus Manuk, Viktor Mado Watun dan Anggota DPRD NTT, Yucun Lepa. Semua mata seperti tak lepas menyaksikan dua tokoh yang sering disiukan tidak harmonis itu, saling bercengkrama. Tak lama berselang Frans Lebu Raya bersama rombongan kemudian menuju lantai 2 hotel.

Tak lama kemudian rombongan turun. Viktor Mado Watun kemudian memanggil Dira Tome keluar hotel. Entah apa yang mereka perbincangkan, tak ada yang tahu. Namun keduanya nampak serius membicarakan sesuatu. Setelah itu Viktor dan Sinun Petrus Manuk pun pamit kepada Dira Tome untuk pulang beristrahat. Rupanya, kamar tempat Lebu Raya menginap berada persis diatas kamar dimana Dira Tome juga menginap.

Menurut Lebu Raya dia hadir di Lembata untuk menutup festival seni Flores-Lembata yang diikuti oleh semua kabupaten sedaratan Flores. Selain itu dia juga turut menghadiri pernikahan salah satu anak dari anggota DPRD Kabupaten Lembata. Pagi harinya, Lebu Raya kembali ke Kupang menggunakan pesawt langsung dari Lembata sementara Dira Tome harus harus menyeberang ke Larantuka untuk selanjutnya menumpang pesawat kembali Kupang.

Kehadiran Dira Tome di Lembata, merupakan rangkaian perjalanan Dira Tome di daratan Flores yang dimulai dari Labuan Bajo dan berkhir di Lembata untuk mempromosikan Garam Nataga dan Air Minum Oasa. Setiba di Lambata, Dira Tome langsung menuju tambak garam milik Pemda Lembata yang terletak di Kecamatan Lebatukan. “Dulu mereka belajar membuat garam menggunakan geomembran di Sabu Raijua,” ujar Marthen.

Dari Tambak Garam, Dira Tome kemudian menuju Aula Damian untuk bertemu dengan masyarakat Lembata. Disana dia membagikan apa yang telah dia buat di Sabu Raijua selama satu periode memimpin. Dia juga mempromosikan garam Nataga dan Air Minum Oasa. Di Lembata Marthen juga bertemu dengan kerukunan masyarakat Sabu Raijua yang selama ini telah menetap di Kabupaten Lembata.

Marthen Dira Tome mengatakan bahwa saat ini ada dua persoalan besar yang dihadapi oleh masyarakat di Sabu Raijua dan NTT pada umumnya yakni kemiskinan dan pengangguran yang meluas atau masif. Untuk itu pemerintah memiliki tugas untuk menyelesaikan dua persoalan tersebut. Kemiskinan yang mencekik masyarakat di NTT harus diatasi lewat cara-cara yang cerdas dan inovatif dengan menemukan berbagai potensi yang bisa di kelola. Demikian juga dengan persoalan penggaguran yang terus meningkat harus diatasi dengan cara membuka lapangan pekerjaan lewat sektor informal dan memacu masyarakat untuk bekerja keras.

“Kemiskinan itu tercipta bukan hanya karna kondisi alam tapi juga jumlah penggangguran yang semakin meningkat. Jangan heran lalu para pencari kerja memilih menjadi TKI karna tidak ada lapangan kerja yang dibuka untuk mereka. Kita membuka lahan tambak dan pabrik bukan satu-satunya untuk memperoleh uang tapi bagimana kita menciptakan lapangan kerja bagi generasi kita sehingga mereka tidak memilih pergi mengais rupiah di negeri orang lalu terjerat dalam lingkaran perdagangan orang atau human trafficking. Saat ini orang lagi ramai-ramai bicara masalah penegakan hukum untuk human trafiking sementara tidak dibicarakan bagaimana mengantisipasinya. Human Trafiking berkaitan adalah masalah lapangan kerja,” ujar Dira Tome.

Dira Tome menegaskan, masyarakat tidak boleh merasa aman apalagi nyaman dalam zona kemiskinan. Kondisi itu harus dilawan dengan bangkit bekerja keras. Untuk itu pemerintah sebagai abdi bagi rakyat harus memiliki seribu langkah bagaimana mencegah kemiskinan yang terus mencengkram kehidupan masyarakat yang dipimpinnya.

“Seorang pemimpin harus memastikan bahwa rakyatnya tidak akan berteriak kelaparan disaat dia sedang Tidur. Sebagai pemimpin tidak boleh mencegah kemiskinan dengan cara-cara yang tidak bermartabat seperti membawa proposal kemana-mama untuk mendapatkan bantuan. Itu pemimpin yang menjual kemiskinan rakyatnya. Cara-cara seperti ini akan menjerumuskan banyak orang dalam dunia korupsi, sebab korupsi itu kadang terjadi karna adanya negosiasi-negosiasi. Saya minta kepada semua pejabat untuk berhenti menjual kemiskinan untuk mendapatkan sesuatu. kepada Pempus agar tidak mengalokasikan anggaran diluar mekanisme,” tegas Marthen. (jrg)

 

 

Komentar Anda?

Related posts