Ende Seputar-ntt.com – Kehadiran Marthen Dira Tome di Kota Ende dalam rangka mempromosikan garam Nataga dan Air Mineral Oasa disambut meriah oleh warga setempat sekaligus mempresentasikan apa yang telah dibuat di Sabu Raijua dalam kurun limat tahun. Tidak hanya komunitas orang Sabu Raijua yang lahir di Ende tai juga warga Kota Pancasila yang mengaku sudah rindu ingin bertemu Marthen Dira Tome.
Saat memasuki aula pertemuan yang letaknya dekat kali mati Ende, Dira Tome disambut dengan sapaan adat oleh para tua adat disana. Dia kemudian diberi pakaian adat seperti orang Ende dan disambut dengan tarian gawi menggunakan Lagu sabu berjudul Kahinalu yang dinyanyikan Golgota Voice.
Marthen Dira Tome saat diberi kesempatan untuk mempresentasikan apa yang telah dilakukan di Sabu Raijua terlebih dahulu memperkenalkan diri sebagai menantu orang Ende. “Orang menyebut Pulau Flores adalah Kaboda Flora atau Pulau Bunga, dan saat bertugas di Ende saya telah memetik bunga di pulau ini yakni mantan pacar saya. Dia ata Ende” kata Dira Tome sambil menunjuk Ny. Irna Dira Tome dan disambut tepuk tangan para hadirin.
Marthen Dira Tome mengisahkan, saat dirinya ditugaskan pertama kali sebagai seorang PNS di Kabupaten Ende, dia sempat kecewa. Dia merasa terpaksa untuk bertugas di Ende. Dia merasa dibuang dari Kupang oleh Pimpinanya saat itu. Namun Marthen Dira Tome mengakui bahwa Ende telah membentuknya sebagai pribadi yang kuat. Tidak hanya itu di Ende dia mendapatkan seorang istri yang melahirkan generasi Dira Tome.
“Saat ini ketika saya merenung, Tuhan ternyata telah menetapkan jalan hidup saya. Dulu saya merasa terpaksa bertugas disini tapi tempat ini yang telah menggembleng saya hingga menjadi begini. Saya lalu teringat perjalanan bapak bangsa kita Bung Karno, dia dibuang ditempat ini dan ditempat inilah dia merenung tentang pancasila. Setelah bung Karno dibuang ke Ende, dia kemudian menjadi Presiden pertama bangsa ini,” kata Dira Tome.
Pad kesempatan tersebut, Marthen juga memaparkan tentang kondisi Sabu Raijua sejak dirinya memimpin wilayah itu hingga terjadinya berbagai perubahan saat ini. Dia bercerita bagimana sulitnya kondisi di Sabu Raijua hingga menemukan potensi yang tersembunyi dimana selama ini dianggap sebagai kutukan.
“Ingat Pulau Raijua bukan pulau kutukan karena kondisi alamnya yang kering. Negeri ini hanya akan memberikan kesejahteraan bagi mereka yang mau bekerja keras dan sebaliknya akan memberikan kutukan dan penderitaan yang berkepanjangan bagi mereka yang malas bekerja. Tuhan menciptakan setiap pulau dengan potensinya masing-masing, tugas pemerintah bagimana menemukan sidik jari Tuhan Allah lewat potensi yang tersembunyi kemudian diolah untuk kepentingan rakyat” kata Dira Tome.
Marthen Dira Tome dalam sambutannya mengatakan bahwa saat ini ada dua persoalan besar yang dihadapi oleh masyarakat di Sabu Raijua dan NTT pada umumnya yakni kemiskinan dan pengangguran yang meluas atau masif. Untuk itu pemerintah memiliki tugas untuk menyelesaikan dua persoalan tersebut. Kemiskinan yang mencekik masyarakat di NTT harus diatasi lewat cara-cara yang cerdas dan inovatif dengan menemukan berbagai potensi yang bisa di kelola. Demikian juga dengan persoalan penggaguran yang terus meningkat harus diatasi dengan cara membuka lapangan pekerjaan lewat sektor informal dan memacu masyarakat untuk bekerja keras.
“Kemiskinan itu tercipta bukan hanya karna kondisi alam tapi juga jumlah penggangguran yang semakin meningkat. Jangan heran lalu para pencari kerja memilih menjadi TKI karna tidak ada lapangan kerja yang dibuka untuk mereka. Kita membuka lahan tambak dan pabrik bukan satu-satunya untuk memperoleh uang tapi bagimana kita menciptakan lapangan kerja bagi generasi kita sehingga mereka tidak memilih pergi mengais rupiah di negeri orang lalu terjerat dalam lingkaran perdagangan orang atau human trafficking. Saat ini orang lagi ramai-ramai bicara masalah penegakan hukum untuk human trafiking sementara tidak dibicarakan bagaimana mengantisipasinya. Human Trafiking berkaitan adalah masalah lapangan kerja,” ujar Dira Tome.
Dira Tome menegaskan, masyarakat tidak boleh merasa aman apalagi nyaman dalam zona kemiskinan. Kondisi itu harus dilawan dengan bangkit bekerja keras. Untuk itu pemerintah sebagai abdi bagi rakyat harus memiliki seribu langkah bagaimana mencegah kemiskinan yang terus mencengkram kehidupan masyarakat yang dipimpinnya.
“Seorang pemimpin harus memastikan bahwa rakyatnya tidak akan berteriak kelaparan disaat dia sedang Tidur. Sebagai pemimpin tidak boleh mencegah kemiskinan dengan cara-cara yang tidak bermartabat seperti membawa proposal kemana-mama untuk mendapatkan bantuan. Itu pemimpin yang menjual kemiskinan rakyatnya. Cara-cara seperti ini akan menjerumuskan banyak orang dalam dunia korupsi, sebab korupsi itu kadang terjadi karna adanya negosiasi-negosiasi. Saya minta kepada semua pejabat untuk berhenti menjual kemiskinan untuk mendapatkan sesuatu. kepada Pempus agar tidak mengalokasikan anggaran diluar mekanisme,” tegas Marthen.
Salah seorang Tokoh Muda di Ende, Melky Seduk ada sesi dialog mengatakan, sudah saatnya NTT dipimpin oleh orang yang memiliki niat yang tulus untuk mengabdi bagi rakyat. Tidak Cuma itu, sosok Marthen Dira Tome dianggap sebagai pemimpin yang inovatis serta pekerja keras sehingga saat cocok untuk memimpin NTT kedepan.
“Sudah lama kami menunggu-nunggu seorang pemimpin seperti ini. Orang yang mencurahkan segala daya upaya bagi rakyat, orang yang tidak saja memberi tenaga tapi juga hati dan pikirannnya seperti tidur bersama rakyat. Kita memiliki harapan agar apa yang dilakukan oleh Pak Marthen di Sabu Raijua bisa juga dilakukan di berbagai wilayah di NTT tentu saja sesuai potensi wilayah masing-masing,” kata Melky.
Menjawab pernyataan Melky, Marthen Dira Tome mengatakan bahwa jika masyarakat NTT memberi kepercayaan padanya maka dia telah bertekad untuk berdiri bersama rakyat mengusir kemiskinan dari daerah ini dengan bekerja keras dan memaksimaklan setiap Potensi yang ada. “Pulau Flores itu adalah ciptaan Tuhan yang sempurna. Semua potensi ada didaerah ini, tinggal dikelola secara maksimal agar hasilnya dinikmati rakyat,” ungakp Marthen.
Sementara salah sati orangtua Sabu yang tinggal di Ende, Marthen Luther Lomi pada kesempatan tersebut memberi testimony bahwa apa yang disampaikan oleh Marthen Dira Tome bukan sekedar cerita bohong tapi sebuah fakta karna dirinya telah menjadi saksi. “Saya baru pulang dari sabu untuk melepaskan lahan buat Tambak Garam. Saya melihat Sabu raijua berkembang secara luar biasa. Apa yang disampaikan oleh Pak Marthen bukan cerita bohong tapi kisah nyata tentang apa yang dia lakukan di Sabu Raijua. (jrg)