Kupang, seputar-ntt.com – Tim riset dari Pusat Riset Preservasi Bahasa dan Sastra; Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra; Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berkolaborasi dengan peneliti dari Universitas Citra Bangsa Kupang meneliti bahasa dan budaya Lamaholot di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tim riset yang dikoordinatori oleh I Made Sudiana, dengan anggota tim Ni Luh Komang Candrawati, I Wayan Tama, I Wayan Sudiartha, Ida Ayu Putu Aridawati, Aditya Wardhani, dan Lanny Isabela Dwisyahri Koroh ini meneliti bentuk lingual penyepasangan yang dituturkan dalam tarian Sole Oha di Kabupaten Fores Timur dan Kabupaten Lembata. Riset kolaborasi ini berjudul “Penyepasangan Bentuk Lingual Bahasa Lamaholot di NTT sebagai Penyumbang Penguatan Karakter Keindonesiaan”. Pengambilan data lapangan penelitian ini berlaangsung tanggal 25 Agustus sampai dengan 7 September 2023.
Koordinator tim riset, I Made Sudiana mengatakan bahwa bahasa Lamaholot yang dituturkan di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata memiliki bentuk penyepasangan atau paralelisme berupa pengulangan semantis. Bentuk lingual penyepasangan ini merupakan ragam tinggi yang sarat makna dan nilai. Dikatakan fenomena ini sangat menarik untuk diteliti dalam usaha penguatan karakter pada guyup budaya Lamaholot. Penguatan karakter kelamaholotan dapat berkontribusi bagi penguatan karakter keindonesiaan dalam bingkai pilar kebangsaan.
Menurut Lanny Isabela Dwisyahri Koroh, Sole Oha adalah tarian adat masyarakat Lamaholot, NTT yang mencirikan kekuatan kesatuan yang erat. Simbol kesatuan ini ditunjukkan dalam gerak tari penari yang saling menyatukan eratan tangan antarpenari. Ditambahkan pula tarian ini juga menjelaskan kuatnya tali persaudaraan antarmasyarakat Lamaholot yang tersebar di beberapa pulau. Tarian ini berisi tuturan dalam bahasa Lamaholot yang sarat dengan nasihat. Walau tarian ini mulai ditinggalkan anak cucu generasi muda Lamaholot, belakangan ada upaya dari generasi tua yang perlahan kembali merangsang generasi muda untuk kembali mencintai tarian Sole Oha ini.
Pengambilan data lapangan ini dibagi menjadi dua. Kelompok pertama (lima orang peneliti) mengambil data di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata, sedangkan kelompok kedua (dua orang) mengambil data diaspora etnik Lamaholot di Bali.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, yakni (1) ciri bentuk lingual penyepasangan dalam bahasa Lamaholot, (2) fungsi dan makna bentuk lingual penyepasangan dalam bahasa Lamaholot, (3) nilai-nilai yang tersirat di dalam bentuk lingual penyepasangan dalam bahasa Lamaholot sebagai penyumbang penguatan karakter keindonesiaan, dan (4) perilaku hidup masyarakat sebagai representasi dari pemahaman tentang makna dan nilai yang tersirat di dalam bentuk lingual penyepasangan dalam bahasa Lamaholot. Sumber data penelitian ini adalah penutur pada upacara tradisi, pelatun nyanyian pengiring tarian massal Sole Oha, dan pembicara pada pertemuan-pertemuan yang bersifat profan. Data penelitian ini berupa tuturan dan nyanyian yang dipilah bentuk lingual penyepasangannya dan ditranskripsikan.
Analisis data menggunakan metode deskriptif-kualitatif sesuai dengan hakikat penelitian bahasa dalam konteks kebudayaan. Interpretasi makna dan nilai menggunakan pendekatan yang memadukan antara etik (menurut peneliti) dan emik (menurut pemilik budaya Lamaholot). Berdasarkan kerangka teori semantik, semantik budaya (semiotik), dan linguistik kebudayaan, permasalahan penelitian ini akan terjawab secara holistik sehingga berkontribusi bagi penguatan karakter kelamaholotan dalam bingkai keindonesiaan, dan sebaliknya penguatan karakter keindonesiaan berbasis budaya kelamaholotan; karakter keindonesiaan yang mengakar dan “membumi”. Luaran penelitian ini berupa makalah seminar internasional dan artikel publikasi pada jurnal internasional bereputasi.(*)