Kupang, seputar-ntt.com – Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) berhutang pada perempuan. Harus diakui dalam pelayanan dan ibadah perempuan GMIT luar biasa.
Penegasan tersebut disampaikan Ketua Majelis Sinode (MS) GMIT, Pdt.
Samuel Pandie, STh saat menyampaikan Suara Gembala usai pengesahan Muspel VIII Perempuan GMIT Sinode pada ibadah pembukaan Muspel VIII Perempuan Sinode GMIT tahun 2024 di Jemaat GMIT Paulus, Senin (29/7).
Sambil menyebutkan angka jumlah pendeta perempuan yang lebih besar dari pendeta laki laki, dikatakannya kepemimpinan GMIT didominasi perempuan dimana kepemimpinan perempuan memberikan warna cinta kasih.
Di tangan ibu-ibu katanya kepemimpinan GMIT dan agenda-agenda GMIT akan dikerjakan dengan baik.
Bagi perempuan GMIT menurut dia, bicara mencintai keadilan, kesetiaan dan kerendahan hati perempuan GMIT sudah selesai. Tetapi dalam tataran implementasi belum selesai karena peran-peran masih sebatas dalam ibadah belum tindakan nyata. “Peran-peran kita masih sebatas ibadah belum tindakan nyata,” tegasnya.
Diharapkannya, semoga rasa cinta kepada Tuhan Yesusmampu mewujudkan perempuan GMIT yang mandiri.
“Tiang doa”
Sementara itu, Asisten I, Asisten I Setda NTT, Dra. Bernadeta Meriani Usboko, MSi, perempuan menjadi tiang doa dalam keluarga-keluarganya. Diyakininya, perempuan GMIT juga menjadi tiang doa dalam keluarga-keluarganya.
Dia menyebutkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTT pada 2023 baru mencapai 68,40 atau di bawah angka IPM nasional 74,39. Indeks ini dihitung berdasarkan tingkat Pendidikan, angka harapan hidup, dan standar hidup.
Mantan Kadis Permberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ini menyebutkan indeks ketimpangan gender (IKG) Indonesiatahun 2023 mengalami penurunan signifikan menjadi 0,447, menunjukkan perbaikan yang stabil dalam kesetaraan gender.
Lebih lanjut dia mengatakan IKG Indonesia 2023 sebesar 0,447 turun 0,012 poin dibandingkan tahun sebelumnya.
Ia mengajak perempuan GMIT tetap menjadikan Pendidikan sebagai pintu menuju masa depan dengan memperhatikan prinsip/nilai pendidikan pertama, learning to know, kedua, learning to do, ketiga, learning to live together dan learning to be (belajar menjadi sesuatu).
Sementara itu, dalam refleksi khotbah dari dua bacaan, pertama Mika 6:6-8 dan bacaan kedua Hakim Hakim 4;1-10 Pdt. Drs. Maria RA Pada menyampaikan dua pesan pertama sebagai gereja memiliki tanggungjawab moral untuk peka dan memberi respons terhadap berbagai realitas eksternal maupun internal yang telah menyimpang dari prinsip keadilan, kesetiaan dan kerendahan hati, misalnya masalah kemiskinan, human trafficking, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan terhadap perempuan dan anak bahkan kekerasan terhadap alam ciptaan.
Menurut dia, gereja sebagai organisasi maupun organisme harus menjaga identitasnya sebagai gereja yang melakkan dan memperjuangkan keadilan, kesetiaan dan rendah hati. Sebagaimana yang diserukan Nabi Mika dan dicontohkan oleh Debora.
Dikatakannya, Perempuan Sinode GMIT dipanggil untuk aktif melakukan tindakan-tindakan yang melanggar ketidakadilan, ketidaksetiaan dan tidak rendah hati.
Tuhan berkenan ujarnya memakai Perempuan Sinode GMIT untuk menjadi alat dalam pekerjaannnya yang mulia. Kehidupan pelayanan dan kepemimpinan Debora menunjukkan bahwa Tuhan memampukan perempuan bertumbuh dalam iman teguh, keceerdasan serta mandiri daya dan dana untuk merangkul sesame dan alam.
Ditegaskannya gereja melalui Perempuan GMIT perlu memikirkan dan mengembangkan program-program pelayanan social yang bertujuan untuk membantu mereka yang terpinggirkan, tertindas atau menghadapi ketidakadilan seperti bantuan hukum, advokasi, Pendidikan atau finansial, bekerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk mengatasi isu-isu ketidakadilan seperti kemiskinan, diskriminasi dan kekerasan.
Gereja juga menurut dia dapat mendorong jemaat melalui program-program tentang pentingnya berlaku adil tersebut. Debora memiliki kepemimpinan yang adil dna inspiratif, memberikan model yang baik bagi perempuan-perempuan gereja dalam menghadapi ketidakadilan.
Gereja tambahnya dapat belajar dari teladan Debora untuk mendorong keadilan, memberdayakan perempuan dan menghadirkan perubahan positif dalam masyarakat.
Liturgos ibadah ini Pdt. Silvana A. Messakh Manafe, tema Muspel lakukan keadilan, cintai kesetiaan dan hidup rendah hati di hadapan Tuhan (Band Mikha 6:8), sub tema : Tuhan memampukan perempuan bertumbuh dalam iman teguh, kecerdasan serta mandiri dana untuk merangkul sesame dan alam.
Paduan Suara (PS) Perempuan GMIT Paulus Kupang, PS Perempuan GMIT Ebenhezer Oeba dan PS BP dan Tim Kerja Muspel Perempuan mengisi pujian mempermuliakan nama Tuhan.
Hadir pada kesempatan tersebut Ketua MS GMIT. Pdt. Samuel Pandie, STh, Asisten I Setda NTT, Dra. Bernadeta Meriani Usboko, MSi, Perempuan lintas Agama, Ketua WKRI NTT, Yoseifina Seran-Gheta, Thersia Krowin, mantan Ketua MS GMIT, Pdt. Dr. Mery Kolimon, Ketua Perempuan GMIT Sinode GMIT, Ekoningsih Lema, MSi dan peserta Muspel VIII para utusan dari seluruh klasis dalam wilayah Pelayanan GMIT.
Liturgi yang apik membuat ibadah hikmah dan berjalan lancar. Usai acara pembukaan dilanjutkan dengan diskusi.(non)