Kupang, seputar-ntt.com – Pria berkacamata yang mengenakan baju kaos putih tak henti mengunyah camilan yang terbuat dari bahan dasar jagung. Masyarakat NTT menyebut penaganan itu Jagung Titi. Pria tersebut tak lain adalah Ketua DPW PAN NTT, Awang Notoprawiro. Dia terlihat sangat menikmati jagung titi yang disiapkan oleh panita Ikebana Cup II di Stadion Merdeka Kupang pada, Selasa (10/10/2017).
Awang Notoprawiro hadir sore itu untuk menyaksilan final Ikebana Cup II antara Keo Tengah VS Asesa. Walaupun serius menonton para pemain mengocek si kulit bundar namun tangan Awang tak henti mengambil jagung titi untuk dimakan. Jagung titi bukan sekedar penganan masyarakat Lamaholot, tapi juga simbol kekeluargaan yang tetap hidup hingga saat ini. Darah Solor yang mengalir di tubuhnya seperti tak lepas dari hoby mengunyah jagung titi.
“Saya paling senang makan jagung titi. Biasanya kalau ada keluarga yang datang dari Solor, teman atau saudara sering membawa oleh-oleh jagung titi. Dari kecil saya sudah suka mankan jagung titi dan akan lebih nikmat lagi kalau dinikmati dengan kopi atau teh,” ujar Awang.
Awang mengatakan, Jagung Titi adalah makanan khas yang tidak boleh hilang digerus oleh camilan serba instan di zaman milenial ini. Jagung titi kata Awang bukan sekedar oleh-oleh dari kampung tapi juga pengingat kekerabatan antara keluarga yang tinggal di Kampung dengan mereka yang jauh dirantauan. Jagung titi hanya dijual dipasar-pasar rakyat khususnya di wilayah Flores bagian timur dan pulau Alor.
“Kita memiliki banyak makanan khas di NTT dan salah satunya adalah Jagung Titi. Hampir setiap rumah di kampung ada batu untuk buat jagung titi dan itu harus tetap dipelihara. Jagung titi berkualitas tinggi, menurut saya, harus gurih, tipis, tidak alot saat dikunyah, bahannya benar. Karena itu, memilih jagung untuk dititi butuh pengalaman dan naluri budaya yang luar biasa. Memang, semua wanita di Flores Timur, Lembata, solor maupun Alor pada dasarnya bisa membuat jagung titi, karena gampang, tapi hasilnya tidak dijamin bagus. Bisa jadi kekuatan pukulnya kurang, sehingga kurang pipih,” ungkap Awang. (jrg)