Jembatan Penghubung Indonesia-Timor Leste di Motamasin Ambruk

Kupang, seputar-ntt.com – Jembatan yang menghubungka negara Indonesia dan negara Timor Leste di Motamasin, Kabupaten Malaka, Ambruk akibat tersapu banjir. Akibatnya, para pelintas batas negara tidak bisa lagi menggunakan jembatan yang menjadi penghubung ke dua negara.

“Saat kami dari Komisi IV melakukan Kunjungan Kerja Kabupaten Malaka dan Kabupaten Belu, salah satu hal yang perlu mendapt perhatian adalah kondisi jembatan Motamasin d Kabupaten Malaka yang ambruk. Jembatan ini adalah salah satu pintu masuk keluar dari Indoensia ke Timor Leste maupun sebaliknya,”ungkap anggota Komisi IV DPRD Provinsi NTT, Jefri Unbanunaek, kepada Seputar NTT, Jumat, (16/1/2015).

Jefry menjelaskan, ada dua pintu masuk di perbatasan Indonesia-Timor Leste yakni Jembatan Motaain di Kabupaten Belu dan Jembatan Motamasin di Kabupaten Malaka. Sayangnya kondisi jembatan motamasin sangat memprihatinkan sehingga perlu mendapatkan perhatian sesegera mungkin dari pemerintah Indoensia melalui Pemda Provinsi NTT.

“Untuk di perbatasan Motamasin, kondisi sangat meprihatinkan, dimana sarana serta fasilitas penunjang bagi para petugas Pam Tas tidak memadai. Kami juga dijinkan masuk ke wilayah Timor Leste untuk melihat aktifitas serta fasilitas yang ada disana. Fasilitas disana sangat lengkap, dari segi pelayanan publik juga sangat memadai, sementara dari Indonesia sendri belum dilengkapi dgn fasilitas yang menggambarkan Wibawa Bangsa Indonesia. Harusnya Kita yang duluan membangun fasilitas yang layak di perbatasan,”ujar Jefry.

Untuk itu lanjut Jefry, Komisi IV DPRD NTT, menyarankan agar Pemerintah Propinsi segera berkoordinasi dengan pemerintah pusat terkait kondisi di perbatasan sehingga ada tindaklanjut dalam pembangunan. “Kami minta supaya Pemprov NTT segera koordinasi dengan pusat terkait kondisi pintu masuk di Motamsin juga terkait fasilitas bagi petugas Pamtas,” tambahnya.

Pada kesempatan tersebut kata Jefry, Komisi IV juga meminta Pemerintah Kabupaten Malaka dan Petugas Pamtas untuk memperketat pengawasan di wilayah perbatasan. “Keluhan masyarakat disana adalah persoalan BBM yang banyak diselundupkan ke Timor Leste. Di Malaka ada tiga buah SPBU tapi sering habis sehingga masyarakat harus beli di pengecer dengan harga 10 hingga 15 ribu per liter,”tutupnya.(joey)

Komentar Anda?

Related posts