Kupang, seputar-ntt.com – Dalam Politik, suka dan tidak suka itu sesuatu yang pasti. Jika ingin terus bermain dalam kolam politik maka harus mempu menerima setiap ketidaksukaan orang lain terhadap setiap apapun yang kita lakukan. Bahkan rasa tidak suka yang telah berbuah kebencianpun harus bisa diterima sebagai resiko dalam berpolitik. Pesan itu selalu disampaikan oleh Jefri Riwu Kore pada setiap kesempatan, baik untuk simpatisan politik maupun dalam lingkup keluarga. Bagi pria yang akrab disapa Jeriko ini, kebencian orang lain harus dimanfaatkan sebagai cemeti untuk memberikan yang terbaik bagi sesama. Hanya dengan kerja keras dan penuh kasihlah yang akan mengalahkan setiap hal buruk yang dirancang orang untuk menjatuhkan kita.
Sejak Jeriko memiliki niat untuk bertarung di Kota Kupang sebagai Wali kota, sejak itu pula irisan ketidaksukaan bertumbuh lalu berbuah kebencian. Bagi mereka yang telah menempatkan diri sebagai orang yang tidak suka pada Jeriko, maka apapun yang dia lakukan baik sebagai Wali Kota maupun sebagai pribadi, semuanya tidak benar. Mereka akan mencari diksi yang tepat untuk mereduksi setiap hal positif yang dilakukan oleh Jeriko. Bukan hanya dalam tataran pelayanan dan kebijakan publik tapi serangan-serangan kebencian bahkan menusuk hingga ranah privasi seorang Jeriko. Dalam dunia digital saat ini, tak ada yang mampu menahan laju kebencian orang lewat berbagai kata yang terlontar melalui Media Sosial (Medsos).
Irisan-irisan kebencian itu tidak hanya lahir dari lawan politik semata. Ada banyak yang juga merasa kecewa lalu merubah posisi berdiri dan arah pandangan saat Jeriko memimpin Kota Kupang. Cercaan dan makian di Medsos seperti Facebook adalah makanan sehari-hari. Bahkan ada yang membuat group di FB hanya untuk mencerca Jeriko. Intinya, tidak ada yang baik dari Pria asal Sabu Raijua itu. Semuanya tidak benar dan salah. Tak hanya di FB, di What’sapp Group (WAG) juga banyak berseliweran sentimen kebencian terhadap Jeriko. Maka tak jarang, terjadi silang pendapat antara yang pro dan kontra Jeriko dalam group. Yang bikin hati gembira, Jerikjo tak pernah terganggangu langkahnya untuk membangun Kota Kupang yang dia cintai. Setiap hal buruk yang dikatakan orang tidak membuat dia menahan langkahnya dalam melayani masyarakat kota sesuai dengan tekadnya menjadi pemimpin.
Lantas apakah setiap hinaan dan kebencian yang dilontarkan kepada Jeriko mematahkan semangat juangnya untuk mengubah Kota Kupang dan menolong warganya? Tidak !! Jeriko tetap jalan terus. Bahkan ketika Lembaga Dewan senantiasa keras dan kadang bertentangan dengan Jeriko sebagai wali Kota, dia tak pernah patah arang. Tak jarang dia harus bersitegang dengan DPRD Kota Kupang jika ada upaya untuk menghalangi program yang hendak dia lakukan di Kota Kupang. Dia paham benar dinamika di Lembaga Dewan, sebab dia pernah merasakannya di level nasional. Sebagai mantan Anggota DPR RI yang malang melintang di Senayan, dia tidak akan ciut digertak. Sebagai anak perantau yang sukses di Ibu Kota, dia tidak akan kalah hawa dengan siapapun yang hendak mematahkan semangat juangnya untuk membangun Kota Kupang dan melayani warganya.
Niatnya memperindah Kota Kupang dinilai sebagai sebuah pencitraan dan bukan kebutuhan masyarakat. Padahal apa yang dilakukan oleh Jeriko sebagai Wali Kota adalah upaya menaikkan harga diri Kota Kupang sebagai Ibu Kota Provinsi. Dia sadar bahwa, sebagai Ibu Kota Provinsi maka Kota Kupang harus menjadi mercusuar bagi semua Kabupaten yang ada di NTT. Kota Kupang harus menjadi kota penghubung dan kota jasa sehingga perlu dibangun dengan selayaknya sebuah kota. Yang indah dan elegan. Tidak hanya itu, Jeriko memiliki pengalaman sendiri Ketika ada tamu yang baru datang dari luar NTT lalu bertanya dimana letak Kota Kupang. Pertanyaan itu terlontar karena tidak ada tanda-tanda atau ciri yang menggambarkan Kota Kupang adalah sebuah ibu kota Provinsi. Saat membangun Patung Tirosa supaya nampak indah dan megah, Jeriko diserang dari sisi lingkungan hidup karena pohon pinus yang ada di sekeliling patung dipotong. Saat ini Patung Tirosa sudah menjadi icon baru sekaligus taman kota bagi warga.
Jeriko bukanlah orang yang beruntung saat menjadi Wali Kota. Bagimana tidak, pandemic covid-19 yang meluluhlantahkan dunia, juga berimbas pada keuangan daerah serta pembangunan. Recofusing anggaran dilakukan selama dua tahun beruturt-turut. Hal itu, tentu membuat Jeriko tidak maksimal dalam mengeksekusi setiap program yang ingin dia kerjakan di kotra Kupang sesuai dengan janji politiknya. Dia harus hemat anggaran untuk membiayai Pandemi Covid di Kota Kupang. Semua anggaran untuk pembangunan dipangkas habis. Walaupun demikian, Jeriko bukan berhenti bergerak. Lobi-lobi yang dia lakukan ke pusat sangat mumpuni. Banyak pekerjaan di kota Kupang dibiayai oleh APBN. Mungkin menurut orang, itu hal yang gampang. Padahal jika itu gampang, kenapa pada permerintahan terdahulu tidak lakukan hal yang sama dalam mendapatkan anggaran dari pemerintah pusat. Semua pembangunan yang saat ini sedang dilakukan untuk memperindah Kota merupakan bantuan pemerintah pusat lewat APBN.
Pembangunan taman kota yang dilakukan Jeriko benar-benar mengubah wajah Kota Kupang. Tidak hanya menjadi tempat bermain dan olah raga bagi warga kota. Tapi juga tempat bertumbuhnya ekonomi baru bagi pedagang kecil dan UMKM. Sebut saja taman yang sudah dikerjakan, yakni Taman Tirosa, Taman Tagepe, taman Ina Boi, Alun-alun Kota, Taman Kelapa Lima dan Taman Kota lama. Dua taman yang disebutkan terakhir itu, saat ini sedang menjadi perhatian semua orang. Menjadi icon baru dan tempat rekreasi warga sekalipun belum dibuka secara resmi untuk umum. Penataan lampu di jalan protocol juga terlihat indah saat malam tiba. Orang tidak lagi takut keluar malam karena kota Kupang sudah terang benderang. Masih ada beberapa proyek yang akan dibangun tahun 2022 ini yang juga akan memperindah Kota Kupang. Yakni bundaran Kantor Gubernur dan Bundaran Patung Pramuka. Jika itu sudah dibangun maka Kota Kupang tidak akan malu lagi dengan kota lain diluar NTT. Disisi lain, Proyek air bersih lewat IPA Kali dendeng juga sedang dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan air bagi warga Kota Kupang. Memang tidak bisa untuk seluruh kota tapi sebagian wilayah akan merasakan manfaat dari pembangunan tersebut.
Jeriko sadar, dia memiliki waktu yang terbatas untuk membangun Kota dan menolong warganya. Dia kemudian melakukan program bedah rumah. Program yang sangat menyentuh kehidupan warga yang hidup dalam kemiskinan di gubuk yang tidak layak huni. Program bedah rumah ini dilakukan oleh Jeriko supaya lansia dan janda maupun duda yang tinggal di rumah yang tak layak, bisa terlindungi dari terik matahari dan dinginnya malam. Warga yang mendapatkan program bedah rumah diungsikan ke Hotel atau rumah Jabatan Wali Kota. Rumahnya dibangun dalam tempo 12 hari. Setelah itu diisi dengan kursi, tempat tidur dan sembako. Warga tinggal menerima kunci rumah, lalu menetap di rumah tembok. Inipun tak luput dari kritikan dan bahkan serangan untuk program ini tak boleh dilanjutkan karena telalu banyak anggaran. Masyarakat Kota katanya lebih membutuhkan air bersih. Bukan bedah rumah. Dan mereka yang melakukan kritik tidak butuh bedah rumah itu adalah yang sudah memiliki tempat tinggal yang bagus dan mewah. Warga yang menerima kunci rumah, selalu dengan linangan air mata. Mereka terharu karena baru ada pemimpin yang benar-benar mampu membangun rumah bagi warganya.
Pada bulan Agustus 2022 ini Jeriko akan mengakhiri tugasnya sebagai Wali Kota Kupang. Dia akan Kembali bertarung merebut kursi Wali Kota Kupang pada November 2024 nanti. Masih lama. Tapi mereka yang sudah benci dengan Jeriko tentu berharap agar dia tak lagi memenangi pertempuran. Mereka lupa bahwa suka atau tidak suka, Kota Kupang berubah wajahnya dari kampung menjadi kota Ketika Jeriko menjadi Wali Kota, VBL menjadi Gubernur dan Jokowi menjadi Presiden. Itu hal yang tak bisa dibantah. Jeriko telah berhasil membangun hal yang monumental dan akan dikenang. Dia telah meletakkan sidik jari di Kota karang ini. Yang akan selalu dikenang. Terpilih lagi atau tidak menjadi wali Kota, medan laga masih jauh. Tinggal bagimana Jeriko mampu menerima setiap kebecian yang datang padanya kemudian menenunnya menjadi sebuah anak panah yang akan melesat di jantung lawan untuk memenangkan pertempuran. (joey rihi ga)