Kurikulum Merdeka: Apa karakteristiknya ?

Lay A.Yeverson & Jusuf Koe Hoea

Oleh Lay A.Yeverson & Jusuf Koe Hoea

Kurikulum yang ditetapkan oleh Pemerintah melalui Kemendikbudristek yang di sebut dengan Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang menjadi acuan sekolah untuk mengembangkan kurikulum menuju tercapainya Profil Pelajar Pancasila yang dapat ditambahkan dengan kekhasan sekolah sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah. Struktur Kurikulum Merdeka berisi kegiatan intrakurikuler, termasuk pembelajaran berbasis projek untuk penguatan profil Pelajar Pancasila yang memiliki karakteristik yang sederhana, dengan prinsip pembelajaran dan asesmen menjadi rujukan dalam menyelenggarakan pembelajaran dan asesmen di sekolah. Adapun karakteristiknya kurikulum merdeka meliputi
1. Berbasis Kompetensi Bukan Konten yaitu memiliki makna bahwa kurikulum disusun berdasarkan kompetensi yang ingin di tumbuhkan pada murid. Bukan keluasan materi, bukan banyaknya materi yang diajarkan oleh guru. Melainkan lebih fokus terhadap pemahaman akan materi, kemampuan siswa dalam mengimplementasikan materi, kemampuan siswa dalam mengevaluasi serta merumuskan pengetahuannya sendiri.
Jika melihat hal ini, maka guru tidak akan lagi kejar tayang materi demi menuntaskan setumpuk materi dalam waktu tertentu, sehingga guru bisa lebih memilih metode belajar yang sesuai dengan kebutuhan murid.
2. Orientasi Yang Holistik memiliki makna yaitu orientasi yang holisik dalam bidang pendidikan harus dapat menumbuhkembangkan siswa secara utuh, membahagiahkan suswa tidak hanya berkutat pada perkembangan pengetahuannya saja, melainkan kompetensi dan karakter siswanya. Untuk mencapai hal ini, dalam kurikulum merdeka memberikan porsi khusus pada pembelajaran berbasis proyek. Memandu siswa berkolaborasi, membuat karya, serta memandu siswa untik dapat menyelesaikan problem yang relevan pada kehidupan sehari- hari. Artinya guru memiliki peran sebagai mentor/tutor.
3. Kontekstual dan Personalisasi, yaitu karakteristik ini memiliki makna bahwa penyesuaian kurikulum dengan visi- misi sekolah dan juga kebutuhan belajar muridnya yang harus difasilitasi dan serius dalam implementasi kurikulum merdeka. Dengan jam pelajaran tidak lagi diikat per minggu, melainkan diganti menjadi per tahun. Ini memungkinkan sekolah untuk merancang kurikulum secara lebih fleksibel sesuai dengan keadaan sekolah serta kebutuhan siswa.
Perubahan kurikulum sudah pasti memiliki kekurangan dan keunggulan. Pada sisi ini penulis tidak mau membawa ke sebuah pembaca kedalam sebuah opini kekurangan dari kurikulum merdeka namun membawa pembaca untuk lebih optimis pada Keunggulan Kurikulum Merdeka. Berikut merupakan keunggulan kurikulum merdeka, yaitu :
1. Lebih sederhana dan mendalam
Fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya. Belajar menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak terburu-buru dan menyenangkan.
2. Lebih merdeka
Merdeka bagi Peserta didik memiliki arti yaitu Tidak ada program peminatan di SMA, peserta didik memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya.
Merdeka bagi Guru yaitu Guru mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangan peserta didik.
Dan merdeka untuk Sekolah maksudnya yaitu sekolah memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.
3. Lebih relevan dan Interaktif
Pembelajaran melalui kegiatan projek ( project based learning ) memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila yang relevan dengan kehidupan sehari- hari siswanya. Dengan mengetahui keunggulan kurikulum merdeka, sudah pasti timbul pertanyaan
Bagaimana implemetasi kurikulum di sekolah dan apa saja yang menjadi otonomi satuan pendidikan?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dapat dipastikan bahwa pengawas pembina, kepala sekolah, dan guru-guru subjek yang terlibat dalam pengembangan kurikulum merdeka di satuan pendidikan masing-masing. Hal ini menjadi tuntutan masa depan pendidikan indonisia dan lebih khusus daerah NTT. Sebagai kepala sekolah, dan guru-guru wajib berkolaborasi dalam tim, menjadikan lingkungan sekolah menjadi lingkungan kerja yang kondusif dan tidak diskriminatif dan intimidatif. Sebagai kepala sekolah harus mampu menjabarkan EMASLIM Kepala sekolah. Untuk implemntasi kurikukulum maka perlu Penyusunan dokumen kurikulum operasional sekolah dari awal, hendaknya dimulai dengan memahami secara utuh kerangka dasar kurikulum yang ditetapkan oleh Pemerintah, antara lain Tujuan Pendidikan Nasional, Profil Pelajar Pancasila, SNP, Struktur Kurikulum, Prinsip Pembelajaran dan Asesmen, serta Capaian Pembelajaran.
1. Penyusunan Dokumen
Dalam menyusun dokumen, hal yang dapat dilakukan dengan menganalisis mulai dari pertanyaan yakni Siapa yang akan memfasilitasi penyusunan ini? Siapa yang akan dilibatkan dalam penyusunan ini? Apakah sudah pernah dilakukan pembahasan kurikulum operasional oleh pemangku kepentingan internal? (Pengawas sekolah, Pimpinan sekolah dan guru)
Apakah sudah pernah dilakukan pembahasan kurikulum operasional sekolah oleh pemangku kepentingan eksternal, (meliputi: orang tua, komite satuan pendidikan dan pemangku kepentingan lainnya yaitu, organisasi, berbagai sentra, serta industri)
2. Peninjauan dan Revisi
Dalam melakukan peninjauan dan revisi, dapat dilakukan dengan menganalisis dari beberapa pertanyaan seperti siapa yang akan memfasilitasi peninjauan dan revisi ini? Siapa yang akan dilibatkan dalam peninjauan dan revisi?, Apakah satuan pendidikan memiliki dokumen kurikulum operasional sekolah yang sebagian atau seluruh isinya merepresentasikan satuan pendidikan?
Apakah ada diskusi/kerja kolaborasi untuk menyusun kurikulum operasional sekolah yang setidaknya melibatkan para pimpinan atau perwakilan guru? Apakah ada informasi atau pembahasan yang disampaikan pada orangtua mengenai kurikulum dan/ atau program-program?. Analisis Karakteristik Satuan Pendidikan untuk menentukan Visi, Misi, dan Tujuan
Dalam menyusun kurikulum operasional satuan pendidikan, setiap komponennya dapat dikembangkan melalui proses reversibel (bolak balik) antara analisis lingkungan belajar satuan pendidikan, visi-misi satuan pendidikan, serta tujuan dan strateginya.
Dalam perencanaan, penting bagi sekolah untuk mengumpulkan berbagai data untuk mendapatkan informasi yang komprehensif. Informasi ini kemudian dianalisis untuk memberikan kesimpulan yang tepat bagi perencanaan yang optimal. Satuan pendidikan dapat menggunakan berbagai cara yang dinilai sesuai dengan kebutuhan berproses selama hasilnya selaras antar komponenya.
Sebelum mengembangkan kurikulum satuan pendidikan, sekolah perlu melakukan analisis karakteristik dan lingkungan belajar dengan menampung aspirasi anggota komunitas, dan menjadikan visi dan misi sebagai arahan yang disepakati oleh seluruh warga satuan pendidikan.
Prinsip-prinsip analisis lingkungan belajat meliputi melibatkan perwakilan warga satuan pendidikan, menggunakan data-data yang diperoleh dari fakta kondisi satuan pendidikan, mengalokasikan waktu yang cukup untuk pengumpulan, pengorganisasian, analisis dan dokumentasi data, Memilah informasi yang relevan dan menyimpulkan untuk mengembangkan strategi atau solusi. Seperti informasi yang perlu didapatkan dalam analisis lingkungan belajar satuan pendidikan; Apa kekhasan daerah setempat yang penting untuk dilestarikan? Bagaimana peran satuan pendidikan sebagai bagian dari masyarakat setempat? Apa dampak dari satuan pendidikan yang sudah dapat dirasakan saat ini (baik oleh warga masyarakat maupun warga satuan pendidikan itu sendiri)? Bagaimana peran satuan pendidikan dalam menyiapkan peserta didik mencapai profil Pelajar Pancasila?
Bagi sekolah yang ingin menerapakan kurukuklum merdeka belajar tidaklah sulit, karena kepala sekolah , guru- guru bukan lagi kelas guru non tamatan non S1, namun guru S1 yang sudah di didik secara profesional dan telah mengenal bagaimana melakukan pengembangan kurikulum. Dan juga telah didukung dengan alat analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis informasi antara lain Analisis SWOT, Root Cause, dan Fish Bone. Maka untuk melakukan pengembangan kurikulum merdeka belajar di satuan pendidikan perlu dilakukan:
1. Analisis lingkungan belajar.
Sumber daya alam, sosial, dan budaya meliputi Bagaimana mendokumentasikan semua informasi sistem, sumber daya dan fasilitas dan mitra yang ada? Apakah ada sumber daya dari lingkungan sekitar yang dapat dimanfaatkan oleh satuan pendidikan dalam proses belajar? Sumber pendanaan,
Bagaimana proses pendanaan satuan pendidikan?, Bagaimana penggunaan dana ini? Sistem dan kebijakan di daerah, Apa saja visi, misi, dan tujuan daerah?, Apa saja kebijakan satuan pendidikan terkait indikator?, Apa saja perubahan sistem yang terjadi?
Apakah ada integrasi aktivitas untuk mendukung pencapaian indikator? Kemitraan, Siapa saja pihak-pihak yang dapat dilibatkan untuk mendukung program satuan pendidikan? (organisasi, komunitas, tokoh, dll.)
2. Analisis Visi – Misi – Tujuan
Analisis visi misi dan tujuan dimuali dari seperti apakah gambaran ideal tentang masa depan dan ingin diwujudkan oleh satuan pendidikan?, Bagaimana satuan pendidikan bisa mencapai gambaran ideal tersebut? Review Visi Misi, Bagian mana yang perlu ditajamkan dalam visi dan misi?Apakah perlu membuat visi dan misi baru yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungan dan karakteristik peserta didik?, Apa saja prioritasnya? Review Tujuan, Apa yang menjadi prioritas bagi satuan pendidikan dalam mendukung kompetensi peserta didik?, Apa yang mendasari tujuan ini?, Kompetensi apa saja yang perlu dimiliki oleh peserta didik?, Mengapa kompetensi ini dianggap penting?, Apa saja keterampilan yang perlu dikuasai peserta didik?, Apa karakteristik individu yang ingin dibangun?
3. Analisis kebutuhan satuan pendidikan.
Analisis kebutuhan yakni dengan menjawab beberapa pertanyaan seperti bagi peserta didik yakni Siapa sajakah peserta didik yang ada di sekolah? Bagaimana sekolah bisa mengklasifikasi peserta didik tersebut? Berdasarkan apakah klasifikasi tersebut?. Dari klasifikasi tersebut, apa saja kebutuhan masing-masing kelompok? Apakah ada kelompok tertentu yang memerlukan perhatian dan pendampingan yang lebih banyak? Kemudian bagi Guru dan tenaga kependidikan, Profil atau kompetensi guru yang diperlukan untuk pembelajaran yang optimal menuju visi-misi sekolah, Apa saja kelompok-kelompok guru dan tenaga kependidikan yang ada di satuan pendidikan? Apa saja kebutuhan setiap kelompok tersebut?, Apakah ada kelompok guru dan tenaga kependidikan yang membutuhkan bantuan/dampingan lebih banyak? Apakah guru siap memfasilitasi peserta didik dengan berbagai latar belakang dan kebutuhan?.
Selanjutnya terkait Sarana dan prasarana, Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pembelajaran yang optimal? Apakah satuan pendidikan menjadi lingkungan yang aman dan sehat (fisik dan mental) bagi warganya? Apakah satuan pendidikan memiliki perangkat yang memadai untuk menyelenggarakan pembelajaran yang optimal dan mengelola data?
Harapannya Kurikulum Merdeka ini mampu mengatasi belenggu masalah krisis pembelajaran dan bersama- sama kita memperjuangkan pendidikan di NTT menjadi yang lebih baik lagi.

**Penulios adalah praktisi pendidikan

Komentar Anda?

Related posts