Lisapaly Sebut Kualitas Tenaga Pendidik NTT Di Bawah Standar

Kupang, Seputar-ntt.com – Kepala dinas pendidikan dan kebudayaan propinsi NTT, Yohanna E Lisapaly menyebutkan kondisi real pendidikan di NTT masih jauh di bawah standar nasional. Banyak sekolah yang belum terakreditasi, kualitas guru rendah di bawah rata – rata nasional. Selain itu, belum ada pemerataan guru dan anggaran di daerah.

“Masalahnya, belum semua guru disertifikasi. Jumlah dan kualitas buku, banyak perpustakaan yang dipakai untuk ruang belajar. Pemerataan penempatan tenaga pendidikan. Keterbatasan akses, kompetensi guru. Kita masih di bawah rata – rata Nasional,” kata Yohanna Lisapaly dalam seminar dan Talk Show NTT Investment dan Development 2017, Selasa (19/12/2017) di Aula El Tari Kupang.

Selain itu, kata dia, masih rendahnya mutu SDM pengelola pendidikan. Untuk itu, pemerintah mendengungkan literasi kepada guru dan siswa. Dengan demikian tenaga pendidik tidak boleh ketertinggalan informasi dan juga memperkaya pengetahuan. Kata dia, sebanyak 5,77 persen dari jumlah penduduk NTT buta aksara. Dan 20 persen guru belum bersertifikasi sarjana.

“Guru harus memahami ITE, bahan ajar juga berbasis ITE. Nilai UN NTT masih di bawah rata – rata nasional, Nilai D. jumlah sekolah terakreditasi belum mencapai 50 persen dari total 7 ribu sekolah. Sekolah yang akreditasi A, jumlahnha di bawah 20 persen,”tambahnya.

Lanjutnya, masalah pendidikan ini adalah masalah bersama. Tanggung jawab pemerintah pusat, propinsi Kabupaten kota, masyarakat dari yang terkecil keluarga hingga perkumpulan, yayasan dan sekolah. Semua memiliki tanggungjawab yang sama dalam memajukan pendidikan NTT.

Terkait kewenangan pemerintah Kabupaten kota dialihkan ke propinsi, lanjut dia, hanya batasan kewenangan dalam penyelenggaraannya. Sehingga tidak boleh putus hubungan antara pusat propinsi dan kabupaten kota.

“Tiga pilar ini penting untuk memajukan pendidikan di NTT. Saya optimis kita bisa, kalau pemerataan itu dilakukan. Pemerintah sekarang lebih fokus sekolah menengah kejuruan. Supaya langsung bersentuhan dengan lapangan kerja,”katanya.

Kata Lisapaly, pemerintah sementara fokus pada perluasan akses pendidikan. Pembenahan laboratorium, perpustakaan untuk mau mendorong siswa untuk membaca. Walau dengan keterbatasan, anak – anak NTT cerdas. ketika diberi kesempatan, ketika ada pemerataan. Anak NTT bisa bersaing di event nasional dan internasional.

“Kita ingin mau menjadikan sekolah sebagai taman. Karena taman, nyaman dan aman,”tambahnya.

Sementara pengajar kampus UKAW Kupang yang juga ketua Sinode GMIT, Merry Kolimon mengatakan bahwa tantangan pendidikan saat ini adalah bahwa Ijazah seperti tiket untuk keluar dari kampung. Kata Merry, hampir tidak ada lagi pemuda di kampung karena merantau.

“Sekolah kita di pelosok desa masih ada yang dinding bebak. Kepala sekolah masih sibuk urus gedung sekolah,”katanya. (Pelipus Libu Heo).

Komentar Anda?

Related posts