Makna dan Nilai 4 Pilar Kehidupan Berbangsa Mulai Pudar

  • Whatsapp

Oelamasi, seputar-ntt.com – Makna dan nilai-nilai dari Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika yang dikenal dengan sebutan 4 pilar kehidupan berbangsa saat ini mulai pudar, bahkan mulai jauh dari kehidupan kawula muda Indonesia.

Hal ini dikatakan anggota DPR RI Fraksi Golkar, Yoseph Nai Soi saat membawakan materi pada acara sosialisasi 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara MPR RI, Senin (24/2/2014) di Aula Jerman Tarus Kabupaten Kupang.

“Sosialisasi 4 pilar kebangsaan sekarang ini sangat relevan karena saat ini banyak anak muda kita tidak tahu apa itu 4 pilar kebangsaan,” kata Nai Soi didampingi calon anggota  DPR RI asal Partai Golkar, Imanuel Blegur dan Ketua DPD Golkar Kabupaten Kupang, Jerry Manafe.

Menurutnya, 4 pilar kebangsaan itu penting sekali karena banyak yang tahu judulnya saja tetapi tidak dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal jika mengerti dengan baik maka 4 pilar tersebut sebenarnya mau mengatakan bahwa semua masyarakat Indonesia itu sebenarnya satu, dari Sabang sampai Merauke maupun dari Talau sampai Pulau Rote.
Pilar pertama, Pancasila, jelas Nai Soi, dapat dilihat dari kehidupan masyarakat Indonesia itu sendiri, apakah dia beragama atau tidak.

“Negara Indonesia adalah Negara demokrasi tetapi jika tidak diatur denganbaik maka akan berubah menjadi kumpulan manusia-manusia srigala yang bisa memakan sesamanya sehingga demokrasi harus ditata dengan baik dan salah satunya adalah dengan melakukan sosialisasi 4 pilar kebangsaan ini,” papar Nai Soi.

Dijelaskan, dalam Pancasila itu terdapat 5 sila yang mana sila pertamanya berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila pertama ini sesungguhnya mau menegaskan kalau semua masyarakat Indonesia itu harus beragama. Kemudian sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab terkandung makna harus saling menghormati, bersikap adil dengan sesame apapun profesi orang tersebut.

Sila ketiga Persatuan Indonesia, jelas Nai Soi lagi, mengandung makna masyarakat Indonesia harus bersatu dan tidak boleh bercerai-berai. Sedangkan sila keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan mengandung makna musyawarah untuk mufakat.“Musyawarah untuk mufakat merupakan penjabaran dari sila ke III yakni suara rakyat adalah suara Tuhan,” tandas Nai Soi.

Sedangkan sila Keadilan Sosial, sebut Nai Soi merupakan hasil akhir dari Pancasila. Sebab dengan bersatu maka ada keadilan social yang bermuara pada kesejahteraan sosial.
Untuk pilar UUD 1945, Nai Soi mengatakan, kedaulatan rakyat harus menjadi yang tertinggi. Karena itu dikenal istilah suara rakyat adalah suara Tuhan dan lembaga-lembaga Negara sekarang bukan merupakan lembaga tertinggi lagi sebab suara rakyatlah yang harus menjadi nomor satu.

Kemudian semua warga Negara harus tunduk pada hukum walaupun dalam pelaksanaanya Nai Soi mengakui belumlah sempurna. Lalu hak asasi manusia yang dibatasi dengan kewajiban asasi manusia kepada orang lain dan yang tidak kalah penting adalah pendidikan.
“Tanpa pendidikan masyarakat kita tidak dapat bersaing dengan Negara lain sehingga pendidikan harus diprioritaskan,” kata Nai Soi lagi.

Hadir dalam kesempatan ini pengurus Golkar dari berbagai desa dan Kecamatan di Kabupaten Kupang. Acara sosialisasi diakhir dengan pengisian quisioner seputar pengetahuan soal 4 pilar kehidupan kebangsaan. (sho)

Komentar Anda?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *