Seputar-ntt.com – Ketika melewati padang rumput yang luas dititik pertengahan antara Sabu Barat dan Sabu timur, anda akan menemui satu lokasi yang menghijau sendiri ditengah menguningnya rumput padang. Disitu ada kebun yang ditanami dengan berbagai tanaman umur panjang seperti mahoni, jati dan berbagai jenis pohon lainya. Ada juga tanaman umur pendek yang ditanam disela-sela pohon yang ditanam begitu rapi. Kawasan berbatu ini kini menghijau berkat dinginnya tangan mantan seorang kuli tinta yang mencoba mencintai tanaman di Kota para Dewa Sabu Raijua. Jalan Hidup Manusia memang tidak pernah kita tahu kemana akan berakhir. Didunia pengembaraan ini kadang kita harus memilih untuk menidurkan jiwa kala kita merasa damai disuatu tempat. Hal ini Juga yang dipilih oleh seorang lelaki asal Desa Matei Kecamatan Sabu Tengah. Dia adalah Andro Riwu Rohi, lelaki yang telah menginjak usia 49 tahun ini begitu bersemangat ketika diajak berbincang dikebun miliknya seluas satu hektar di desa Eilode kecamatan Sabu tengah pekan silam. Siapa yang menyangka bahwa dikebun yang kini telah dipenuhi oleh hijaunya berbagai jenis pohon yang bernilai jual tinggi seperti jati adalah buah tangan dari seorang mantan kuli tinta atau wartawan. Andro demikian dirinya biasa disapa saat berbincang dengan Rai Hawu mengisahkan bahwa dirinya mengenal dunia jurnalis saat menjadi sekuriti pada salah satu koran lokal di Kupang dari situ dia kemudian menjadi fotografer dan menjadi seorang wartawan.Saat menjadi sekuriti dan office boy pada sebuah harian local di NTT, Andro biasa dipanggil sebagai “Redaktur Kopi” karna pekerjaannya selain menjaga kemanan, dan kebersihan juga membuat kopi bagi para redaktur di harian tersebut. Maka mereka menjulukinya “Radkatur kopi”. Dinamika dunia pers pernah digelutinya sebelum dia memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Berteman cangkul dan besi gali. Dia memindahkan tangan dari keyboard diatas karang dengan tutsnya besi gali dan cangkul serta berbagai hal yang kotor bagi kebanyakan orang. Saat Partai Nasional Demokrat (Nasdem) besutan Surya Paloh berdiri, dia sempat dipercayakan untuk memimpin Partai yang mengusung gerakan Restorasi itu lebih dari 24 purnama. Namun lewat berbagai intrik dan kepentingan tertentu maka Andro dikudeta secara halus. Dia Ikhlas melepas partai Nasdem yang telah dia rawat dan besarkan di Sabu Raijua. Baginya politik mungkin tak segaris dengan urat tangan dan takdirnya. Dia harus kembali kepada alam yang selalu setia menanti sentuhannya. “Hidup ini adalah sebuah padang pengembaraan dan kita tidak tahu dia akan berhenti dimana, sama seperti saya memilih menjadi petani saat ini,”ujarnya. Menjadikan padang rumput dengan tanah yang berbatu menjadi taman hijau yang menyegarkan mata memang hal yang mustahil bagi orang yang tidak memiliki tekad yang sekuat baja. Namun tidak demikian bagi Andro. Dia Mau menunjukan pada sesama orang Sabu bahwa tanaman apapun bisa hidup di Sabu Raijua jika mau menanam dengan penuh cinta kasih serta kesadaran bahwa apapun yang dilakukan dengan niat baik akan bisa membri hasil yang baik pula. memang saat ini kebun milikinya di Desa Eilode belum bisa dinikmati hasilnya karna tanaman jati ribuan pohon yang dia tanam masih berusia dua tahun dan baru setinggi tiga hingga empat meter. Tapi coba bayangkan kalau 20 tahun kemudian, berapa omset yang akan dipanen? Setiap orang yang melewati jalan trans Seba-Bolou dan sampai di Desa eilode akan berpaling sejenak ke arah kebunnya karna terletak dipinggir jalan protokol. Kenapa harus berpaling? karna hanya disitu yang kelihatan beda dari alam sekitarnya. Ada berbagai jenis pohon yang ditanam begitu rapi sehingga kelihatan indah dipandang mata. Diantara pohon jati dan mahoni yang ditanam begitu rapi, Andro menanam berbagai tanaman umur pendek seperti bawang, Tomat, Lombok, kacang Hijau, maupun semangka. Bahkan saat ini anakan langka dan senang diperlakukan khusus seperti Cendana, Gaharu atau kayu Bayam kini telah tumbuh mekar di Pulau Sabu lewat tangan dingin Andro. Herannya tanam-tanaman tersebut seakan bersahabat sehingga mau saja menghijau diatara batu-batu cadas di daerah yang dikenal semi arit ini. Tidak cuma itu bahkan tanam apel yang katanya hanya bisa hidup didaerah dingin dan pada ketinggian tertentu dari permukaan laut justru menghijau ditempat ini. Belum lagi berbagai tanam jeruk, mangga hingga pohon pepaya yang hanya tingginya satu meter tapi sudah lebah buahnya seakan memberi bukti bahwa tanah di Sabu bisa bersahabat dengan tenaman apa saja dan darimana saja, asal dipelihara dengan telaten. kalau ada yang bilang hutan agroforestri maka kebun ini layak disebut demikian. Taman eden Eilode demikian Andro menamakan kebunnya. “Saya sudah melai menanam sejak beberapa tahun silam tapi bukan disini tapi di Desa Eimadake dan Loboaju. Disana pohon jatinya sudah besar, bahkan sudah ada yang menawar untuk membelinya,”ujar Andro. Dirinya bahkan mengatakan jika kebun jati miliknya di desa Eilode ini sudah ditawari satu miliard oleh seorang investor dari pulau Bali, namun dia tidak mau melepas kebun yang telah dibuatnya dengan penuh suka duka. Setiap hari dirinya harus berteman besi gali dan cangkul. memikul air untuk menyiram tanaman sudah menjadi pekerjaannya sepanjang hari. Itulah Andro Riwu Rohi yang meninggalkan Dunia Jurnalis yang penuh dinamina untuk mencumbui padang sabana Pulau Sabu lewat tangan dinginnya menghijaukan setiap jengkal lahan di pulau semi arit Sabu. Dia memilih merestorasi diri dengan menggerayangi setiap tanah berbatu untuk membuktikan kepada generasi nanti bahwa untuk mengubah dunia harus lebih dulu mengubah diri sendiri, lewat apa yang bisa dilakukan termasuk mencintai lingkungan dengan terus menamam dan menanam di Bumi titipan Tuhan bagi Umat Manusia. (Joey Rihi Ga)
Mantan “Kuli Tinta” Yang Menghijaukan Sabana Pulau Sabu
