Bolou, seputar-ntt.com – Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sabu Raijua, Takem Irianto Radja Pono dan Herman Hegi Radja Haba bertemu dengan masyarakat di Kelurahan Limaggu, Kecamatan Sabu Timur, pada Kamis (17/9/2020). Pertemuan perdana di Kampung Mataga tersebut menjadi moment bagi masyarakat untuk menitipkan harapan kepada calon pemimpin Sabu Raijua lima tahun mendatang.
Yance Lingu, salah satu tokoh masyarakat dalam pertemuan tersebut mengatakan, Kelurahan Limaggu adalah salah satu wilayah yang istimewa karena ada dua buah pabrik yang berdiri yakni Pabrik rumput laut dan Pabrik Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Oasa. Awalnya masyarakat sempat merasa gembira dengan kehadiran dua sumber penghasilan bagi APBD tersebut. Namun seiring waktu berjalan dan Bupati Marthen Dira Tome tersangkut kasus hukum maka kedua pabrik itu kini tidak lagi beroperasi dan terkesan mubasir.
“Kami berharap agar Pasangan TRP – Hegi ketika memimpin Sabu Raijua harus memperhatikan dua aset yang telah menghabiskan dana puluhan miliar tersebut. Pabrik ini adalah sumber uang yang harus dikelola untuk kesejahteraan masyarakat sehingga kami sebagai masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik sangat kecewa dengan kondisi saat ini dimana kedua pabrik tersebut tidak menghasilkan apa-apa lagi. Pabrik rumput laut yang sempat beroperasi sekitar 3 tahun tapi sekarang sudah tidak lagi dan karyawan yang sempat menggantungkan hidup disitu harus kembali menjadi petani rumput laut,” kata Yance Lingu.
Pada kesempatan tersebut, Yance juga menyampaikan kepada TRP – Hegi bahwa ada sumber air yang cukup besar di sebelah selatan Dermaga Biu. Mata air tersebut berada di dalam laut sehingga hanya bisa dilihat pada saat air laut surut. Mata air tersebut kata Yance, jika dikelola dengan baik akan menghidupi masyarakat banyak sehingga mata air yang digunakan untuk mengairi ratusan hektar sawah tidak terganggu untuk kebutuhan dua pabrik yang ada.
“”Dulu mata air itu sempat digunakan oleh orang-orang tua untuk memberi minum ternak di padang pengembalaan. Mereka menggunakan batang pohon lontar yang dilubangi sehingga air tersebut bisa mengalir ke darat. Nah kalau menggunakan teknologi yang lebih baik maka itu bisa bermanfaat karena mata air yang ada sangat besar,” tutup Yance.
Sementara Leonard Mira pada kesempatan tersebut mengatakan, pada tahun 2015 hingga 2016 mereka sebagai buruh di Pelabuhan Biu sempat mendapatkan upah yang lumayan dari hasil mengangkat garam ke dalam kapal. Pasalnya, kata Leonard, setiap kali kapal Tol Laut datang, ada ribuan ton garam yang dibawa keluar dari pelabuhan Biu dengan tujuan Makasar maupun Surabaya. Namun sejak tahun 2017 hingga sekarang garam yang keluar sangat sedikit sehingga penghasilan buruh dari hasil mengangkat garam di pelabuhan menurun drastis. Oleh karena itu dia meminta Paket TRP – Hegi harus kembali melanjutkan masa jaya garam di Sabu Raijua.
“Sebagai buruh kami sangat senang waktu lalu karena dari hasil angkat garam kami bisa dapat upah yang lumayan. Kami harap agar jika bapak Takem dan Bapak Hegi sudah menjadi pemimpin di Sabu Raijua, hal ini harus di kelola secara baik sehingga tidak saja memberi kesejahteraan bagi para pekerja tambak dan menaikkan PAD tapi juga bisa memberi imbas positif bagi penghasilan para buruh di pelabuhan,” kata Leonard.
Takem Radja Pono pada kesempatan tersebut berjanji akan menghidupkan kembali dua pabrik yang ada di Limaggu. Kehadiran Pabrik tersebut memiliki tujuan yang mulia yakni kesejahteraan masyarakat Sabu Raijua. Untuk itu tidak ada alasan untuk membiarkan asset Pemda tersebut mubasir dan rusak. Dua asset ini kata Takem Radja Pono harus memberi dampak bagi masyarakat sekitar sehingga ketika rakyat memberikan mandat bagi dirinya dan Hegi Radja Haba memimpin Sabu Raijua maka Pabrik Rumput Laut dan Pabrik Air Minum Oasa akan segera beroperasi.
“Jadi tidak alasan untuk kita biarkan aset itu mubasir. Kedepan kita sudah hitung-hitungan, gaji karyawan pabrik akan kita naikkan menjadi dua juta rupiah sama dengan gaji pekerja di tambak garam. Gaji sebesar itu diharapkan bisa bermanfaat bagi masyarakat. Jadi kita akan atur besaran gaji, kalau pihak ketiga atau pihak pengelola tidak mau dengan besaran gaji yang kita tentukan maka kita akan cari orang lain untuk kelola pabrik ini. Soal mata air yang ada dalam laut itu kita nanti akan pergi lihat supaya kita bisa memastikan seperti apa kita akan kelola” kata Takem
Takem Radja Pono yang didampingi Hegi Radja Haba pada kesempatan tersebut berjanji akan memperhatikan tambak garam serta menaikkan upah para pekerja. Dia juga memiliki keinginan untuk mengembangkan tambak garam dengan memperluas lahan tambak kedepan. Kehadiran tambak garam di Sabu Raijua kata Takem Radja Pono harus mampu memperbaiki ekonomi rakyat terutama para pekerja yang menjadi ujung tombak produksi garam Sabu Raijua.
“Garam ini harus kita kelola secara baik sehingga bisa menggerakkan ekonomi dan pembangunan di Sabu Raijua. Pekerja tambak adalah ujung tombak dari berhasil tidaknya kita memproduksi garam. Yang perlu ina ama ketahui adalah, hadirnya tambak garam ini memiliki tujuan yakni bagimana mengangkat dan menggerakkan ekonomi rakyat di daerah ini. Oleh karena itu jika jika saya dipercaya memimpin Sabu Raijua maka gaji pekerja tambak bisa kita naikkan dari 1,2 juta menjadi dua juta rupiah setiap bulan. Dari hitungan yang kita lakukan, masih banyak sisa uang yang bisa kita gunakan untuk kepentingan pembangunan,” kata Takem yang juga di dampingi calon wakil bupati, Hegi Radja Haba.
Paket TRP – Hegi berjanji akan menjadikan garam sebagai salah satu produk unggulan yang akan keluar dari Sabu Raijua. Produksi garam yodium kata Takem akan lebih ditingkatkan lagi tidak saja mengandalkan hasil jualan garam curah. “Garam Yodium kita harus tingkatkan untuk memenuhi kebutuhan di Sabu Raijua dan juga kita jual ke luar Sabu Raijua. Kita tidak hanya bergantung pada hasil jualan garam curuh. Nah jika kita kelola dengan baik tambak garam yang ada maka para pekerja bisa sejehtera dan kita bisa pacu pembangunan lewat uang dari penjualan garam,” tambah Paket yang diusung koalisi rakyat lewat jalur perseorangan atau independen ini.
Hal baru yang dia akan lakukan oleh Paket TRP – Hegi kata Takem Radja Pono adalah mengembangkan Nigarin atau Sari Air Laut (SAL). Nigarin sedang dikembangkan di Madura satu tahun terkahir ini. Nigarin, jelas TRP adalah ekstrak air laut yang mengandung mineral mikro yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. I a memiliki kandungan lebih dari 80 jenis mineral, termasuk Magnesium, Kalium, Besi, Kalsium, Boron, Selenium, dan Zinc. Nigarin merupakan cairan isotonis yang dapat membantu menjaga keseimbangan reaksi metabolisme di dalam tubuh. Khasiatnya banyak sekali, antara lain melangsingkan badan, detoksifikasi atau mengeluarkan racun tubuh, merawat kulit, mencegah osteoporosis,mengatasi diabetes, dan memblokir serta membakar lemak. Di Jepang, nigarin bahkan dikenal sebagai minuman pelangsing no 1.
“Kalau di Jepang Sari Air Laut itu disebut Nigari, lalu di Indonesia di Sebut Nigarin. Dalam bahasa ingris disebut Bittern. Kalau kita di Sabu mungkin lebih mengenal dengan sebutan Ai Ad’du” atau air pahit. Nah kedepan kita akan kembangkan ini. Harganya cukup tinggi. Sekarang produk Nigarin ini banyak orang yang menjual secara online atau lewat internet. Masyarakat Jepang sangat beruntung karena mereka sudah terbiasa minum nigari sebagai sumber magnesium. Sebenarnya Nigarin ini sudah digunakan oleh masyarakat Jepang maupun Cina dan Korea sejak ribuan tahun silam. Namun di Indonesia, Nigari ini baru diketahui dan dikembangkan. Nah Sabu Raijua sebagai wilayah dengan panas yang cukup baik untuk produksi garam maupun Nigarin tidak boleh diam. Sekali lagi kedepan saya akan lakukan itu jika rakyat Sabu Raijua memberikan kepercayaan kepada saya untuk mengurus daerah ini,” kata TRP.
Di negeri Matahari Terbit lanjut TRP, nigari yang pahit memang sangat terkenal. Anak-anak hingga orang tua terbiasa mengkonsumsinya dalam kehidupan sehari-hari. Meski budaya memproduksi garam sudah sangat tua di Indonesia, tetapi nigari baru diperkenalkan setahun terakhir. Dr. Nelson Sembiring periset pada Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jawa Timur yang memperkenalkannya. Nelson mengetahui khasiat nigari saat belajar di Jepang.
“Dari sisi ekonomi, Nigarin ini cukup mahal, sehingga selain kita mengelola garam, kita juga kelola nigarin ini. Harga di pasaran saat ini satu liter nigarin sekitar 30 hingga 40 ribu rupiah. Cukup menjanjikan sehingga saya yakin ketika kita mulai mengolah Nigarin di sabu raijua maka ada dua sumber uang yang kita punya yaitu uang jual garam dan uang jual nigarin. ” papar TRP.
Para petani tambak garam begitu antusias dan mengaku baru pernah mendengar apa yang di sampaikan TRP kepada mereka. Mereka berharap agar pemimpin yang akan datang adalah orang yang sanggup melakukan inovasi-inovasi, terutama dalam upaya meningkatkan pendapatan daerah serta mampu memberi manfaat bagi kesejahteraan banyak orang. “Kami baru dengar tentang ini dan kami siap bekerja jika bapak jadi bupati nanti. Dulu ketika pemerintah mau buka lahan tambak garam, kami sempat ragu tapi karna bapak bupati MDT selalu datang diskusi dan meyakinkan kami maka kami dukung dan hasilnya kami sudah rasakan sekarang,” kata Jola salah satu pekerja tambak garam di Lobo Bali. (jrg)