Meminjam Ruangan Wakil, Mengawal Kota Dari Kontrakan

Kupang, seputar-ntt.com – Baru sepekan lebih memimpin Kota Kasih, Wali Kota Kupang, Jefri Riwu Kore terus melakukan inspeksi mendadak (Sidak) dimana-mana. Bukan hanya melihat kerja birokrasi yang sering dikeluhkan warga, tapi Jefri mengunjungi rumah warga untuk mendengar langsung keluhan mereka yang telah memberi mandat baginya untuk menduduki kursi nomor satu di Kota Kupang. Jefri seperti sedang melakukan identifikasi terhadap berbagai persoalan untuk menemukan apa yang menjadi titik lemah dan selanjutnya meramu kebijakan untuk warga kota kasih. Apa yang dilakukan walikota yang berpasangan dengan Herman Man ini menjadi buah bibir pengguna media sosial atau warganet. Pasalnya, sejak hari pertama dilantik Gubernur Frans Lebu Raya menjadi Wali Kota, Jefri Riwu Kore seperti tak henti untuk melihat langsung ke pokok persoalan.

Walaupun masih tinggal di rumah kontrakan, Jefri tetap bangun pagi untuk melihat dan merasakan detak jantung kota. Ketika warga kota masih di alam mimpi dan nyenyak dalam pelukan dingin pulau Timor, Jefri sudah terjaga menyambut subuh untuk mengikuti apel bersama dengan pasukan kuning yang bekerja membuat kota kupang bersih. Sebagai pemimpin dia ingin semua anak buah harus berjalan beriringan untuk meraih mimpi yang sama demi pelayanan yang makimal bagi masyarakat Kota Kupang. Sebagai pengusaha, Jefri terbiasa bekerja secara detail untuk memastikan semua pekerjaan berjalan baik dan tidak hanya melebarkan kuping untuk laporan manis para bawahan.

Saat media ini bertemu sang Wali Kota, ternyata dia masih meminjam ruangan Wakilnya untuk bekerja. Pasalnya, ruangan Wali Kota masih direnovasi. Sebagai Wali Kota bisa saja dia meminta ruangan sendiri yang lebih nyaman namun Jefri ingin memberi pesan bahwa dia dan Herman Man yang mengusung tagline FirmanMu adalah mitra yang harus selalu berbagi demi warga kota. “ Saya masih pinjam ruangan pak wakil untuk bekerja dan juga masih tinggal di rumah kontrakan. Kita enjoy saja, karna kita sudah biasa dengan hidup yang sederhana dan tidak perlu dikeluhkan,” kata Jefri kepada beberapa awak media.

Ketika berbincang-bincang dengan masyarakat, Jefri terlihat tidak formal. Dengan dialek Kupang, Jefri berdialog tanpa sekat dengan warganya. Saat mengunjungi Kelurahan Airmata, Jefri langsung melihat kondisi rumah warga yang terancam longsor. Dia juga tak sungkan menyapa warga yang sedang melintas saat dirinya berada di jalan. “ Saya memang tidak mau berkantor di Kelurahan karena itu bisa saja diatur sehingga kita melewatkan pokok persoalan yang sedang terjadi di masyarakat. Saya lebih memilih untuk blusukan langsung ke masyarakat. Saya akan datang kemana saja, dan kita bisa duduk untuk ngobrol, bila perlu kita duduk di tempat yang memang ada persoalannya,” ungkap Jefri.

Saat mengunjungi Kelurahan Naioni, Lurah Naioni, Arkalaus Mohar meneteskan airmata haru setelah diajak satu mobil oleh sang Wali kota. Bagi  Arkalaus, ini Sesuatu yang langka dan baru pertama kali diajak satu mobil oleh walikota selama dirinya berkarier sebagai seorang Aparatur Sipil Negara. Sebagai Lurah, dia sadar benar posisinya dan juga sangat paham bahwa dengan tanda tangan sang Walikota, garuda yang menempel di dadanya bisa di copot. Namun bagi Jefri, itu hal biasa karena mobil yang ditumpangi adalah mobil milik rakyat kota Kupang. Hal-hal kecil seperti ini adalah sentuhan hati yang akan memicu semangat kebersamaan untuk satu langkah  membangun kota Kupang.

Kebiasaan Jefri melakukan Sidak dan tidak bisa diterka oleh para Birokrat kadang membuat mereka ketar-ketir. Maklum saja ini adalah pertemuan pertama dengan Wali Kota yang baru. Apalagi ada banyak ASN yang secara terang benderang memihak kandiat terentu saat perhelatan politik kemarin. Mereka yang berseberangan kemarin akan terlihat beda dengan mereka yang mendukung Jefri dan Herman. Tapi sebagai pemimpin, Jefri dan Herman harus mengayomi semua masyarakat Kota Kupang terlebih para ASN yang notabene adalah bawahan mereka. Pesan Gubernur saat pelantikan sangat jelas untuk segera mengumpulkan yang tercecer dan secepat mungkin melakukan konslidasi demi pelayanan dan akselerasi pembangunan kota.

Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap ada perhelatan politik selalu ada pengkhianat. Ada yang kasat mata ada pula yang menggunting dalam lipatan. Mereka licin seperti belut, licik laksana ular dan buas bak serigala. Hal itu tak luput ketika perhelatan politik di kota kasih. Yang dulunya adalah kawan seperjuangan berubah menjadi lawan yang mematikan. Terori berkhianat saat perang dan bersorak saat menang sangat nyata ketika Jefri-Herman yang mengusung tagline FirmanMu  menjadi pemenang di ibu kota Provinsi NTT.

Banyak juga yang nyinyir dengan blusukan ala Ahok ini. Namun bagi Jefri, bertemu dengan masyarakat serta mengecek langsung ke lapangan adalah cara jitu untuk menemukan ramuan yang tepat. Saat berkunjung ke Pasar Oeba misalnya, Jefri menemukan banyak persoalan yang tidak mampu diselesaikan oleh PD Pasar sebagai lembaga yang mengurusi soal pasar. Mulai dari keluhan para pedagang hingga minimnya fasilitas umum yang mestinya ada di sebuah pasar. Bagi Jefri pasar adalah nadi kehidupan masyarakat kota sehingga sehingga harus memberikan kenyamanan. Sebagai ibu kota Provinsi semua sarana umum menjadi barometer bagi kabupaten lain yang ada di NTT.

Sebagai pemimpin, pasangan Jefri dan Herman tentu akan diserang dari berbagai sudut. Tapi jika langkah awal yang dibangun saat ini tetap dipertahankan hingga purna bhakti maka rakyat pasti memberi bonus. Ungkapan panas-panas tahi ayam tidak boleh terjadi sebab kota ini dipenuhi oleh kaum cerdas dan intelektual. Apalagi mereka yang tidak bisa bangkit dan melupakan. Mereka akan memilih tetap menjadi oposisi yang akan melihat segala kebijakan dan langkah yang diambil dari sisi yang tidak objektif. Walikota dan Wakil Walikota tidak boleh telinga tipis sebab setiap isu yang ditebar lawan politik adalah suplemen yang baik untuk menambah energi dalam menyerap aspirasi masyarakat. (joey rihi ga)

 

 

Komentar Anda?

Related posts