Mencacah Indonesia dari Batas Nusantara

Johny Bire, Petugas Cacah dari BPS TTU saat berada di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Wini

Kupang, seputar-ntt.com – Sensus Penduduk harus sukses, apapun resikonya. Demikian penggalan kalimat yang meluncur dari petugas pencacah Sensus Penduduk 2020, Johny Bire kepada media ini, Senin (14/9/2020). Dia bertugas di Kantor BPS Kabupaten Timor Tengah Utara. Sebuah wilayah yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste.

“Saat ini saya dengan beberapa teman sedang melakukan SP 2020 di Desa Manusasi, Kecamatan Miomafo Barat, Kabupaten TTU. Ini adalah desa perbatasan sehingga kita harus berkoordinasi dengan petugas penjaga perbatasan,” kata Johny.

Johny Bire di pos penjagaan Perbatasan Indonesia – Timor Leste

Sebagai wilayah yang sebaran penduduknya tidak merata di suatu wilayah, mereka harus naik turun gunung untuk melakukan sensus. Hal ini kata Johny tidak lagi terlalu sulit karena mereka sudah memiliki pengalaman dan hampir tau persis posisi kampung dan penduduk di wilayah perbatasan. Mereka juga sudah terbuasa melakukan koordinasi dengan petugas perbatasan apabila ada kepentingan sensus penduduk.

“Jadi kami melakukan sensus dari pagi sampai malam. Kalau di perbatasan seperti sekarang kami harus kerjasama dan koordinasi dengan petugas perbatasan. Di musim panas seperti ini memang kita harus kuat fisik sebab tidak boleh ada satupun penduduk yang tidak kami catat,” ungkap Johny.

Ditanya apa saja kesulitan mencacah di wilayah perbatasan yang geografinya lumayan menantang, Jhony Bire hanya tersenyum. Menurutnya kondisi alam di Timor Tengah Utara sudah bersahabat dengan mereka sehingga tidak lagi sulit untuk ditaklukan. Intinya kata Johny, harus bekerja dengan hati yang riang sehingga apapun kesulitan di lapangan bisa diatasi.

“Kalau di kampung, kadang masyarakat pergi ke kebun sehingga kalau kita datang, mereka tidak ada. Nah kita harus kembali waktu malam supaya bisa bertemu mereka. Kalau musim hujan, tantangannya adalah jalanan yang berlumpur dan kalau musim panas seperti sekarang adalah dehidrasi. Tapi semua kesulitan di lapangan kita sukapi dengan senyum saja,” kata Johny sambil tersenyum.

Sebelumnya, Kepala BPS Provinsi NTT, Darwis Sitorus mengajak masyarakat, untuk turut partisipasi dalam mensukseskan Sensus Penduduk (SP) 2020, secara tatap muka atau langsung.

“Mari kita sukseskan SP 2020, yang saat ini sedang berlangsung hingga 30 September mendatang,” ajak Darwis di Kantor BPS Provinsi NTT, Kamis (3/9/2020).

Dikatakan Darwis, sebelumnya pada 15 Februari – 29 Mei lalu, telah dilaksanakan SP 2020 secara online. Dan kini dilanjutkan dengan pencacahan secara tatap muka mulai 1 – 30 September 2020.

“SP 2020 kali ini mengambil tagline #MencatatIndonesia. Kami memberi apresiasi kepada masyarakat yang sudah aktif ikut pencacahan melalui online,” paparnya.

Dari 5.344 Juta jumlah penduduk Provinsi NTT, lanjut Darwis, sebanyak 18,19 Persen atau 1.003 Ribu penduduk diantaranya telah melaksanakan pencacahan secara online.

“Kalau kita pilah, dari 1.003 Ribu penduduk tersebut, mencakup 213 Keluarga atau 16,06 Persen dari total keluarga yang ada di Provinsi NTT ini,” ujar Darwis.

Lebih lanjut dikatakan Darwis, Respons Rate SP Online tertinggi ditempati Kota Kupang mencapai 12,72 Persen, sedangkan terendah yaitu Kabupaten Sabu Raijua sebesar 1,33 Persen.

“Partisipasi masyarakat masih sangat dibutuhkan, jawaban benar dan jujur menentukan masa depan Indonesia,” kata Darwis. (joey)

Komentar Anda?

Related posts