Kupang, seputar-ntt.com – Ada Sembilan Kabupaten yang nanti menggelar Pilkada serentak di Provinsi NTT pada tahun 2020. Kabupaten yang akan memilih pemimpin mereka lima tahun kedepan masing-masing adalah Kabupaten TTU, Belu, Malaka, Sabu Raijua, Sumba Timur, Sumba Barat, Ngada, Manggarai dan Manggarai Barat. Dari jumlah tersebut ada beberapa Kabupaten yang tidak ada petahana. Sebut saja TTU dan Ngada. Ada juga Petahana yang maju berasal dari para Wakil Bupati sebab Bupati telah terpilih dua kali. Misalnya Sumba Timur.
Dari sekian Partai Politik yang akan menjadi kendaraan politik para Calon Bupati dan Wakil Bupati saat bertarung di Pilkada serentak, baru Partai Golkar yang berani mengumumkan nama para calonnya. Sebagai Partai Politik, Golkar sudah tua dan telah makan asam garam. Pasti ada pertimbangan dan strategi yang dimainkan sehingga berani memunculkan paling dini nama para bakal calon (Balon) kepala daerah. Partai lain mungkin saja masih sibuk dengan kontestasi paling akbar yang akan digelar pada 17 April 2019 ini. Sebab bisa saja target pada Pilpres dan Pileg nanti akan merubah konstelasi menuju Pilkada serentak 2020.
Pilkada serentak baru akan digelar pada tahun 2020 mendatang. Namun Partai Golkar NTT tak mau ketinggalan dalam memperkenalkan para calon yang akan maju lewat partai berlambang pohon beringin tersebut. Tak tanggung-tanggung, Partai Golkar NTT tetap mengandalkan petahana dalam meraih kekuasaan diwilayahnya masing-masing. Sebut saja ada Nikodemus Rihi Heke yang kembali dicalonkan untuk Pilkada di Sabu Raijua, sementara Stef Bria Seran dijagokan kembali untum memimpin Rai Malaka.
Selain Rihi Heke dan Bria Seran, petahana lainnya yang dicalonkan Golkar adalah Bupati Bleu Willy Lay, Bupati Manggarai, Deno Kamilus, Wakil Bupati Sumba Timur, Umbu Lili Pekuwali, Wakil Bupati Manggarai Barat, Maria Geong. Dari sejumlah calon ini ada juga yang bukan kader Partai Golkar tapi tetap dicalonkan sesuai aspirasi dari bawah.
Ketua DPD I Partai Golkar NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena beralasan bahwa, pengumuman lebih dini kepada masyarakat akan memberi peluang lebih lama dalam bersosialisasi kepada masyarakat. Padahal dari Sembilan kabupaten yang ada, delapan puluh persen Golkar menjagokan petahana yang tentu saja sudah dikenal masyarakat. “Setelah nama mereka kita umumkan saat ini maka mereka sudah bisa melakukan sosialisasi diri untuk meningkatkan elektabilitas sebagai bakal calon bupati maupun wakil bupati dengan menggunakan atribut partai Golkar,” ungkap Melki Laka Lena yang juga maju sebagai Caleg DPR RI dari Dapil NTT II, kepada Awak Media, Minggu, (10/2/2019).
Melki mengakui bahwa nama-nama yang dilansir kepada public sebagai Bakal Calon dari partai Golkar adalah aspirasi yang datang dari bawah, dalam hal ini DPD II lalu diteruskan ke DPD I dan Ke DPP. “Nama-nama yang diumumkan merupakan hasil penjaringan dan pendaftaran yang dilakukan partai Golkar NTT selama dua bulan ini yang diteruskan ke DPD I dan DPP Pusat,” ungkap Melki.
Jika melihat siapa saja calon petahan yang kemabli mendapat kepercayaan dari Partai Golkar untuk berlaga, bisa saja Golkar akan menjadi pemenang Pilkada serentak pada 2020 nanti di Provinsi NTT. Ini jika petahana yang diajukan oleh partai Golkar mampu bekerja dengan baik bagi masyarakat. Jika tidak maka bisa saja para petahana tidak lagi dipilih oleh rakyat dan Golkar pasti akan menerima imbas. Berkaca pada Pilkada serentak pada 2018 silam ada beberapa petahan yang keok karena tak lagi mendapatkan kepercayaan rakyat.
Secara matematis memang mengusung petahana lebih mudah bekerja dan tentu sudah punya banyak peluru. Namun jika tidak berkinerja baik dan tidak pro rakyat maka pengahakiman dibilik suara tentu akan terjadi. Mereka yang sudah diberi kepercayaan akan dihukum dengan tidak lagi memilih mereka. Semoga strategi Golkar dalam menghadapi Pilkada serentak 2020 nanti bisa tepat sehingga mampu menempatkan para kader di masing-masing kabupaten. Semoga. (joey rihi ga)