Kupang, seputar-ntt.com – Mendung yang menggelayut manja di langit Kota Kupang pada Rabu 11 Oktober 2017 seperti sedang menguping pembicaraan kami di jalan pahlawan Namosain. Panas terik yang membakar kota, sirna sesaat ketika rintik di tengah kemarau jatuh menyasar bumi. Kami sedang asyik merangkai asa bersama Awang Notoprawiro. Ditemani camilah buah kurma, Awang Notoparwiro membeberkan mimpi dan asa menuju Senayan. Sebagai ketua DPW PAN NTT, dia adalah sosok yang hangat untuk diajak berdiskusi tentang berbagi persoalan yang terjadi di NTT. Duduk berjam-jam dengan Awang seperti tak terasa bila serangkaian kisah dan pengalaman hidup mengalir lancar dari mulutnya.
“Sebagai seorang pengusaha saya merasa nyaman di zona itu, tapi saya tidak memiliki ruang lingkup yang besar untuk bisa berbagi dengan masyarakat yang saya cintai. Jika hanya untuk hidup nyaman maka menjadi pengusaha sudah cukup. Tapi nurani saya terpanggil untuk bisa berbuat lebih bagi banyak orang yang ada di NTT. Itulah alasan kenapa saya memilih jalan politik untuk bisa memberi lebih banyak dan menjangkau lebih banyak orang pula,” kata Awang.
Lahir dan dibesarkan di pantai Namosain, Kota Kupang tidak membuat seorang Awang Notoprawiro minder. Seperti belajar pada ombak yang tak henti menyapa pantai, Awang juga belajar untuk tak henti berjuang. Semangat dan etos yang dia miliki telah menghantarnya pada posisi ketua PAN NTT. Sebagai anak nelayan, Awang dikenal para pelaut dan di sayang para buruh. Sebagai pengusaha ia diperhitngkan dan sebagai politisi dia disegai. Pribadinya yang irit bicara seakan mengisyaratkan dia adalah pekerja keras.
Awang Notoprawiro kini telah menetapkan hati untuk maju menjadi calon anggota DPR RI dari daerah pemilihan NTT. Dia memilih jalan politik untuk menjadi saluran berkah bagi orang lain dan corong aspirasi masyarakat NTT yang masih berkutat dalam kemiskinan. Sebagai putra yang lahir dari rahim Flobamora, awing tak nyaman dengan kondisi yang dialami oleh kebanyakan masyarakat NTT. Dia merasa terpanggil untuk berbuat lebih bagi daerah yang dia cintai.
Dukungan politik untuk Awang Notoprawiro tidak lahir dalam sekejab. Namanya telah telah meramaikan pentas politik di NTT. Sebagai Ketua PAN dan memiliki kursi di Lembaga DPRD NTT, ada juga aspirasi yang mendorong Awang untuk tampil di pentas Pilgub NTT 2018. Namun Awang memilih menjadi wakil rakyat jika masyarakat NTT memberinya kepercayaan. Dukungan politik supaya awing harus meuju Senayan tidak hanya datang dari para petinggi partai Matahari tapi juga asa ribuan rakyat yan telah merasakan sentuhan Awang Notoprawiro.
“Di partai itu banyak kawan yang menjadi pengurus, tapi yang berhubungan dengan urusan dan kepentingan partai, saya harus tegas tanpa memandang kawan atau saudara. Bagi saya apa yang harus kita lakukan untuk menata partai menjadi lebih baik harus dipatuhi oleh semua kader. Saya tidak mau karena kita terlalu menggunakan rasa lalu kepentingan organisasi diabaikan. Saat ni kita akan menghadapi Pilkada serentak dimana untuk NTT ada 10 Kabupaten yang akan melakukan Pilkada. Saya sudah tegaskan kepada semua Ketua DPD yang ada di Kabupaten untuk bekerja keras. Kita jangan mimpi akan memperoleh hasil yang baik tanpa kerja keras dan kerjasama yang baik dalam organisasi,” ungkap Awang.
Kawan Awang, adalah salah satu kelompok anak muda yang telah berikhrar untuk mengawal “si anak pantai” menuju Senayan. Para relawan ini merangkai langkah dari satu titik ke titik yang lain sambil menyerap aspirasi masyarakat serta memperkenalkan siapa Awang Notoprawiro. “ Kami terpanggil untuk mengawal pak Awang sebab kami menilai beliau pantas untuk menjadi enyambung lidah rakya di Senayan. Kami melihat track record dan ketokohan pak Awang sehingga kami memilih berada di belakag beliau,” ungkap Kawang Awang, Yoseph Pito Atu.
Bagi mereka yang tidak mengenal sosok ini, maka tak menyangka jika dia adalah pengusaha sukses yang juga ketua PAN NTT. Pria yang selalu berkaca-mata ini bernama lengkap Awang Notoprawiro. Lahir dan besar di Kota Kupang, dia tumbuh besar menjadi sosok yang pluralis dan humanis. Sekalipun Bergama Islam, tapi dia menempuh pendidikan di sekolah Kristen. Dia Tamat SD dari SD GMIT Namosain Kupang tahun tahun 1974, Menyelesaikan pendidikan SM di SMP Frater Khatolik Kupang tahun 1977 dan SMA di SMAK Giovani Kupang pada tahun 1980. Itulah yang menempa pribadi Awang menjadi sosok yang mampu menembus sekat tanpa melihat suku, agama maupun ras dan antar golongan. Untuk jenjang Sarjana, Awang menyesaikan studi S1 pada Fakultas Hukum, Universitas Muhamadyah Surabaya tahun 1980.
Terlahir dari keluarga nelayan yang sederhana, membuat Awang harus berjibaku dengan getirnya kehidupan untuk meraih masa depan yang lebih baik. Sebagai anak Namosain, Laut adalah sahabat yang bisa memberi nafkah. Bagi Awang, laut bukan hanya deburan ombak semata tapi juga sumber berkah yang harus dikelola untuk kehidupan. Saking mencintai laut dan rezekinya, panggilan tak humanis sempat melekat pada diri Awang ketika menempuh pendidikan di SMA. Siapa yang menyangka jika Awang yang dipanggil si “Amis” oleh gurunya saat bersekolah di SMK Giovani Kupang kini telah menjadi orang yang berpengaruh di kancah politik NTT. Sekalipun sukses dalam bisnis dan politik, tidak membuat Awang menjadi Jumawa.
Awang Notoprawiro sedang memintal harapan menuju gedung senayan lewat Partai berlambang Matahri itu. Dia merasa terpanggil untuk bisa memperjuangkan ribuan asa rakyat jelata yang masih tidur di ruang-ruang kemiskinan di tanah Flobamora. Awang adalah sosok yang mampu menembus sekat di rumah Flobamora sambil membuat jejak menuju senayan.
Awang mengatakan, Orang cerdas akan bicara ide, gagasan dan program bukan membahas isu atau membicarakan orang lain. Sebagai calon pemimpin kata Awang, harus memberi pencerahan kepada masyarakat sehingga mereka tidak berpikir bahwa politik itu jahat karena saling menyerang satu dengan yang lain. Sejatinya seorang politikus dan calon pemimpin kata Awang Notoprawiro, harus mampu menjual ide dan program yang cemerlang dan mimpi tentang masa depan kepada rakyat.
Pemimpin kata Awang harus seperti matahari (Enabling leaders) tidak saja memberikan penerangan, pencerahan, transparansi tetapi juga energy kehidupan aksiomatik, tegas tanpa ragu untuk terbit atau terbenam. Jika ada rakyat yang meneteskan air mata lantaran dihimpit kemiskinan maka seorang pemimpin harus memastikan bahwa itu bukan air mata kesusahan tetapi air mata bahagia karena mereka telah melihat cahaya masa depan dalam diri seorang pemimpin.
Awang bukan dewa matahari, tapi Cahaya bagi penghuni Partai matahari di bumi flobamora. Matahari yang tidak saja memberikan penerangan, pencerahan, transparansi tetapi juga energi kehidupan aksiomatik, yang tegas tanpa ragu untuk terbit atau terbenam lewat jejak langkahnya di Nusa Tenggara Timur. (joey rihi ga)