Kupang, seputar-ntt.com – Pemerintah Provinsi NTT harus mampu berpikir strategis dalam memenuhi kebutuhan Pangan Nasional. Sebab jika tidak maka secara politik akan menghasilkan fondasi ekonomi yang kropos.
“NTT dengan jumlah penduduk yang cukup banyak yakni kurang lebih 4 juta jiwa maka pemerintah daerah perlu memiliki pemikiran strategis terhadap persoalan kebutuhan Pangan Nasional,” kata Zet Malelak, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Kristen Artha Wacana Kupang, saat menyampaikan materi pada kegiatan short course “Peningkatan kapasitas Junarlis dalam mendukung kampanye grow, yang diselenggarakan Aliansi Junarlis Independent (AJI ) – Oxfam di Hotel Grenia,Sabtu (15/2/2014).
Jika dilihat dari perilaku alam di empat zona agroekosistem, kata Zet Malelak maka lahan kering NTT merupakan potensi stok pangan untuk wilayah Timor Leste, Maluku dan Papua. Menurutnya, Pangan, papan ,farmasi, energi, estetika dan ekologi merupakan bagian penting dari strategi masa depan yang harus diperhatikan secara bijak.
“Apabila hal ini tidak diperhatikan secara bijak maka akan menghasilkan kiamat tahap pertama yaitu kelaparan. Untuk itu Pemerintah Daerah harus bisa membaca peluang dan harus memiliki pikiran yang strategis ,” katanya.
Fenomena dan perilaku kegiatan pertanian di Indonesia dan NTT pada khususnya, ungkap Zet malelak, membutuhkan pemikiran-pemikiran baru untuk membangun pertanian yang kokoh dan berkelanjutan. Maka untuk mengatasi persoalan kekurangan pangan dan ketergantungan pada import perlu dipikirkan pembangunan pertanian jangka panjang dan salah satu pendekatanannya adalah analisis ke-Agroekosistem.
“Dengan tetap berharap komiditi import dari
Menurutnya, dengan berbagai fenomena dan perilaku kegiatan pertanian di Indonesia dan NTT khususnya maka perlu pemikiran-pemikiran baru untuk membangun pertanian yang kokoh dan berkelanjutan. Dengan demikian maka bisa mengatasi persoalan kekurangan pangan dan ketergantungan pada import. Untuk itu perlu dipikirkan pembangunan pertanian jangka panjang dengan pendekatanan analisis Agroekosistem.
“Dengan tetap berharap komiditi import dari luar,seperti Import kedelai, tepung terigu, jagung, daging dan produk holtikultura, maka akan timbul Pertanyaan apakah ini memang kebijakan pemerintah atau kemampuan pertanian kita yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan baik secara nasional maupun secara lokal” tegasnya.
Lebih jauh, Zet Malelak mengatakan, cadangan air tanah dengan kedalaman 6 hingga 75 meter serta embung yang meliputi 30 persen luas lahan potensi di NTT. Dengan siraman curah hujan 3 bulan dan terputus putus maka pertanian NTT mestinya difokuskan dimusim tanam kedua.
“Sebab dengan ciri hujan lahan kering NTT dengan intensitas tinggi serta Angin barat yang kencang di bulan Februari dan Maret akan memberikandampak buruk kepada tanaman pangan di musim tanam I,” katanya.(riflan hayon)