Kalabahi, seputar-ntt.com – Pesona Kabupaten Alor bukan hanya terletak pada keindahan alam semata, tetapi juga pada budaya dan kehidupan masyarakat yang selalu menjunjung tinggi nilai kerukunan, toleransi antar sesama umat beragama.
Dengan tetap berpegang teguh pada semboyan leluhur seperti Ite Kakang Aring, Tenangeli Mulenoa, Tara Miti Tomi Nuku maka sangatlah pantas kalau pulau berjuluk Nusa Kenari ini menjadi rujukan bagi siapapun untuk belajar hidup rukun.
Salah satu yang contoh yang sangat tergambar jelas adalah prosesi adatiah pengantaran bulan bintang Masjid Nurul Islamiyah Weyleng Kelurahan Adang Kecamatan Alor Barat Laut yang berlangsung pada Sabtu, 7/10/2023 pagi.
Yang menjadi pengusung 3 buah bulan bintang masjid adalah para Pemuda Gereja GMIT Seydon, sementara remaja masjid bertugas mengiringi dengan lantunan Shalawat Nabi.
Start awal pengusungan bulan bintang oleh pemuda gereja ini dimulai dari Kalabahi menuju Dulolong untuk singgah di rumah suku Uma Dopu, dilanjutkan ke Uma Pelangserang Alor Kecil. yang kemudian dibawa lagi ke Uma Pusung Rebong Alor Besar, dan selanjutnya diiringi menuju Weyleng oleh seluruh rumpun keluarga terkait.
Sesepuh 10 Kampung Adang, Ruben Dur menyampaikan, kebersamaan yang sudah ditinggalkan leluhur ini wajib untuk terus dijaga kita sebagai anak cucu.
“Kita ini lahir dari satu rahim sehingga tatanan yang sudah terjaga baik ini jangan sampai rusak. Semboyan 10 3 7 (10 Kampung Adang melahirkan 3 Kampung Alor, 10 dan 3 melahirkan 7 Kampung Pura) harus menjadi contoh bagi semua orang, baik di Alor maupun luar Alor,” tegas Ruben.
Ia juga berharap, dalam proses pembangunan rumah ibadah, baik gereja maupun masjid maka semua harus bergandengan tangan.
“Sesibuk apapun kita maka tinggalkan sejenak untuk kita urus rumah Tuhan. Kita juga tidak boleh saling melupakan satu sama lain sehingga pekerjaan yang berat akan menjadi ringan,” tambah Ruben Dur.
Mewakili 3 Kampung Alor, Darwin DJ Duru mengatakan, sejarah yang terjadi hari ini harus menjadi pegangan,bagi semua, baik yang Kristen maupun Islam akan indahnya orang hidup bersaudara.
“Kita ini diikat dalam satu ikatan yang erat sehingga jangan sesekali merusakinya dengan hal-hal yang tidak terpuji. Kalau di pemerintah jika berbuat salah, maka akan dihukum penjara. Didalam agama, jika berbuat dosa maka akan masuk neraka. Kalau di adat, jika menyimpang dari apa yang leluhur amanatkan maka umur pendek,” tegas Duru.
Sementara Camat Alor Barat Laut, Djakaria Djawa mengatakan, prosesi hari ini merupakan salah satu bukti nyata kalau masjid itu milik gereja, pun sebaliknya gereja adalah miliknya masjid.
“Mewakili pemerintah saya mengapresiasi kegiatan ini karena mengandung nilai keagamaan dan adatiah yang begitu tinggi. Maka itu tradisi ini terus dijaga sehingga kita tetap satu dalam keberagaman,” tandasnya.
Dikesempatan ini camat juga mengajak kepada seluruh masyarakat Abal untuk terus aktif dan saling mendukung setiap kegiatan keagamaan.
“Sebentar lagi saudara-saudara kita ini mengikuti lomba Pesparawi tingkat kecamatan. Untuk itu mari kita yang muslim mendukung secara penuh agar apa yang ingin dicapai bisa terwujud demi nama Abal yang lebih baik,” tutup Djakaria Djawa. (Pepenk)