Peneliti Balitbangtan Dampingi Masyarakat Malaka Tanam Bawang Merah di Luar Musim

  • Whatsapp

Kupang, seputar-ntt.com – Setelah panen raya bawang merah Oktober lalu, petani desa Fafoe dan Oanmane di Kecamatan Malaka Barat Kabupaten Malaka di Nusa Tenggara Timur, saat ini menanam bawang merah di luar musim (off-seasson) yaitu Desember. Manfaat dari menanam bawang merah di luar musim, selain menyiapkan benih bermutu pada musim tanam on-seasson yang jatuh pada Mei atau Juni akan datang, dipastikan peluang harga jual panen akan lebih baik dan stabil.

Semangat panen sejak Oktober petani dua desa tersebut karena telah dijamin teknis dengan inovasi melalui pendampingan oleh para peneliti Balitbangtan, Kementerian Pertanian melalui kegiatan Model Pengembangan Inovatif Lahan Kering di wilayah perbatasan yang diinisiasi oleh Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Tekonologi Pertanian (BBP2TP) Bogor,. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Kepala BBP2TP Dr. Haris Syahbuddin, DEAdengan Bupati Malaka, Oktober lalu, saat panen raya dan launching eksport bawang merah dari Malaka ke Timor Leste.

Menjelang tengah Desember, telah tertanam lebih dari 20 hektar dan terus tertanam kata Kepala Desa Fafoe, Yoseph Seran dan Ketua Kelompok Oankiak, Desa Oanmane, Helmut Nggebu. Kata Seran, “Kami akan terus menanam bawang merah, termasuk saat ini di luar musim karena terbukti pengembangan bawang merah melalui program RPM oleh bupati Malaka telah mensejahterakan kami”. Oleh karena itu kami merasa senang sekali karena kegiatan budidaya ini telah didampingi langsung oleh para peneliti Balitbangtan dari Bogor dan BPTP Balitbangtan NTT.

Diakui petani bahwa budidaya bawang merahoff-seasson, akan berhadapan dengan infestasi hama dan penyakit yang dapat menggagalkan panen. Informasi teknis ini telah dibekali oleh peneliti Balitbangtan, Ir. Nirmala Prianti Devi, M.Sc dan Dr. Popi Rejeki Ningrum pada saat kegiatan pendampingan penanaman di Fafoe. Disebutkan bahwa penyakit utama bawang merah pada kondisi kelembaban tinggi di luar musim seperti bercak ungu dan busuk fusarium. Masih ada lagi hal teknis yang paling penting adalah bagaimana bisa mengendalikan air berlebihan dengan teknik drainase yang baik dan benar.

Wilayah perbatasan perlu didorong untuk meningatkan ekonomi masyarakatnya dengan inovasi teknologi. “Kegiatan perbatasan harus dicari pemicu atau komoditas bernilai ekonomi sebagai titik ungkit untuk secara cepat meningkatkan ekonomi masyarakatnya” demikian penegasan dari Dr. Rubiyo, sebagai penanggungjawab kegiatan Model Pengembangan Inovatif Lahan Kering Perbatasan di wilayah Provinsi NTT.(*tb)

 

 

Komentar Anda?

Related posts