Kupang, seputar-ntt.com — Penjabat Wali Kota Kupang, George Hadjoh bertekad Literasi dan Numerasi di Kota Kupang, bisa menjadi yang terbaik di Indonesia.
Tekad tersebut disampaikan saat launching metode Gasing Sebagai Muatan Lokal Kurikulum Satuan Pendidikan, di Hotel Pelangi Kupang, Rabu (21/6/2023).
“Bila kita memiliki tekad yang sama, hari ini kita tetapkan hari kebangkitan Literasi dan Numerasi, menuju yang terbaik di Indonesia,” ajak George.
Menurut George, seharusnya Kota Kupang berada di level teratas dalam Literasi dan Numerasi di Provinsi NTT ini, mengingat semua fasilitas dan para pendidiknya memadai.
“Jika dibandingkan Sumba yang kini menduduki posisi teratas, sebenarnya kita lebih hebat dari mereka. Mereka jarak tempuh ke sekolah saja sudah melelahkan, kita disini tidak, hanya sekitar 5-30 Menit saja, sehingga kita punya waktu yang banyak dan kemampuan,” tegas George.
Sekarang, tambah George, apakah jajaran pendidikan punya tekad, hati, pikiran yang kuat atau tidak untuk memajukan Literasi dan Numerasi di Kota Kupang ini
“Kita tidak pernah ingin mendapat lebel pada paling bawah. Dan ini sangat tergantung cara mengelola metode-metode internasional, jangan lagi berfikir biasa, nanti hasilnya akan biasa,” ujar George.
Untuk itu George meminta kepada Dinas Dikbud bersama guru, pengawas dan penggerak untuk punya komitmen yang sama, minimal berada pada level hijau, dan berusaha untuk bisa naik ke level biru, karena menyangkut masa depan.
“Selama pendidikan ada di Kota Kupang maka karya tidak akan pernah mati. Sekarang Literasi dan Numerasi ini harus selesai, kalau tidak selesai semua kepsek harus dievaluasi,” ancam George.
Sebelumnya, Kabid Pembinaan Pendidikan Dasar pada Dinas Dikbud Kota Kupang, Oktovianus Naitboho mengakui bahwa pihaknya bersama para pengawas mengundang Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi NTT, untuk presentasikan data riil, level kompetensi Literasi dan Numerasi Kota Kupang secara lengkap.
“Ternyata hasil refleksi untuk 60 SMP yang ada di Kota Kupang, ada tiga sekolah dalam level merah, merah itu artinya berbahaya, dengan score 0,00. Dan 34 yang level kuning, artinya cukup, meskipun belum baik. Untuk itu kita harus komitmen, bahwa 3 bulan ke depan ada peningkatan yang lebih baik,” ujar Oktovianus.
Diakui metode Gasing bukan pembelajaran sesaat, sehingga harus dibudayakan dan menjadi tradisi yang dimasukan menjadi bagian integral kurikulum pendidikan dasar, yaitu SD dan SMP sebagai Muatan Lokal (Mulok).
Menurutnya, yang dapat penghargaan dari kementrian Pendidikan, Kebudayaan dan Riset melalui Dikdasmen adalah pendidikan di Sumba untuk tahun 2023 ini.
“Ini jadi pembelajaran berharga bagi kita, karena dilihat dari sarana dan prasarana, serta kualitas pendidik ada S2 Kota Kupang lebih unggul, tapi bisa kalah dengan yang D2 dan D3 di Sumba, ini pukulan telak,” tandas Oktovianus.
Untuk itu, tambah Oktovianus, dengan tahun ajaran yang baru ini, dengan menggandeng pengawas sekolah, melakukan refleksi diri. Karena keberhasilan bukan kemampuan individu, tapi kemampuan jejaring, yang disebut kolaborasi. (joey)