Leweoleba, seputar-ntt.com – Pentas monologia “Perempuan Biasa” dan “Tubuh Yang Palsu” dari Coloteme Art’s Movement malam tadi, Jumad (22/04 di Lewoleba, Lembata, membuat seluruh penonton terlihat sangat puas. Dengan aktor utama Linda Tagie, dan Marselino Caritas alias Abdi Keraf, sekitar 200 penonton yang memadati Aula Rumah Sakit Damian dibuat merinding dan terkesan.
Didukung Lighting ruangan pentas yang disetting ala sirkus berkelas nasional oleh Agril Sakriwul dan Elo, Linda yang tampil pertama dengan “Perempuan Biasa”, langsung menghipnotis penonton. Tak satupun hentakan kaki atau suara penonton yang terdengar saat Mahasiswi STIBA Cakrawala Kupang ini tampil. Dia perempuan luar biasa saat memerankan monolog “Peremuan Biasa”, ujar seorang penonton yang mengaku bernama Anton usai menyaksikan penampilan Linda.
Begitupun saat menyaksikan penampilan putra Lembata, Abdi Keraf, dengan monolog “Tubuh Yang Palsu”. Jiwa penonton dibuat seolah-olah sedang dikendalikan master psikologi di Universitas Nusa Cendana Kupang itu. Abdi menghipnotis semua pecinta monolog Lembata yang memadati ruangan yang hanya diterangi dua lampu sorot berwarna itu. Diakui, penonton seolah-olah sedang disetting untuk orgasme bersama. Apresiasi pun beragam diberikan para penonton.
Baik monolog Perempuan Biasa atau Tubuh Yang Palsu sama-sama mengandung pesan sosial yang kuat. Hal ini akui Haris, salah satu penonton yang memberikan komentar dalam sesi dialog usai pentas. Menurut Haris, monolog yang dipentaskan Coloteme Art’s Movement melalui Linda dan Abdi ini diakui sangat luar biasa dan dapat memicu minat dan kemauan berkesenian terutama teater bagi generasi muda Lembata. “Pesan dan daya hipnotisnya sangat tinggi, luar biasa”, ujar Haris. Namun selain apresiasi, Haris juga menyarankan kepada Coloteme agar selain pentas, juga harus digencarkan sosialisasi tentang monolog, khususnya ke sekolah-sekolah.
Sementara Ostyn Bahy, guru muda yang mengaku baru mengabdi 5 bulan di SMA Negeri Nubatukan memberikan apresiasi yang berbeda. Ketika diberikan kesempatan mengomentari monolog yang baru saja Ia tonton, Guru Bahasa Jerman ini langsung menyambar dengan “Hey Kau Bertopeng”, sebuah pusisi yang sempat membuat penonton lain tercengang. Walau diakui puisi tersebut sangat memikat dan menggetarkan, puisi tersebut menurut Ostyn merupakan karya dadakan, inspirasi dari dua monolog yang baru saja Ia tonton.
Hampir semua penonton yang hadir menyaksikan pentas ini memberikan apresiasi dan pujian yang tak jauh beda. Kesan umum yang ditangkap penikmat monolog di Lembata, mesti terus diciptakan panggung-panggung monolog yang lain agar generasi muda Lembata dapat belajar berteater dan berkesenian.
Untuk diketahui, Monolog “Tubuh Yang Palsu” dan “Perempuan Biasa” tidak hanya dipentaskan di Lewoleba, Lembata. Sebelumnya, pesta monolog dua judul yang sama juga sudah dipentas di Kupang, Maumere dan Larantuka. Sesuai jadwal, dua monolog ini akan kembali dipentaskan di Taman Dedari, Sikumana, Kota Kupang sekitar pekan depan. (broin tolok)