Penyebaran Informasi Gempa Dan Tsunami, BMKG Alor Pasang Alat WRS New Generation

Kalabahi, seputar-ntt.com – Sebagai upaya penyebaran informasi terkait gempa dan tsunami, BMKG Alor memasang alat Warning Reciever System (WRS) New Generation di kabupaten berjuluk Nusa Kenari ini.

“Tahun 2020 ini kita sudah pasang alatnya di 3 (tiga) lokasi yakni Kantor Bupati, Pos SAR dan di Stasiun Geofisika Alor, ” kata Kepala Stasiun Geofisika Alor, Sumawan, ST, MM kepada media melalui press realese, Rabu, (1/7/2020) malam.

Menurutnya, wilayah Indonesia yang rawan gempa dan tsunami, BMKG memiliki tugas dan kewajiban dalam menyediakan informasi gempa dan peringatan dini tsunami yang tertuang dalam UU No. 31 Tahun 2009, dan Perpres No. 93 Tahun 2019.

“Implementasinya, BMKG melaksanakan kegiatan pemasangan alat penyebarluasan informasi yaitu Warning Receiver System (WRS) di berbagai wilayah rawan gempa dan tsunami di Indonesia,” ujarnya.

Lanjut Sumawan, sejak tahun 2008, BMKG sudah memasang 275 peralatan WRS. Namun demikian, mengingat peralatan WRS masih sangat dibutuhkan oleh Pemerintah Daerah dan Kantor Lembaga/Kementerian terkait, maka pada tahun 2020, BMKG memasang WRS generasi terbaru di 315 lokasi.

“WRS NewGen merupakan teknologi baru dalam penyebarluasan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami lebih cepat karena bersifat “real time” otomatis dari BMKG. Ini berbeda dengan WRS sebelumnya,” ungkap Sumawan.

Ia menjelaskan, percepatan penyebarluasan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami, memastikan stakeholder dapat mengambil langkah penting selanjutnya secara cepat dalam penanganan bencana, sehingga memberikan manfaat nyata dalam menyelamatkan masyarakat Indonesia dari bencana.

“WRS NewGen dapat menyajikan informasi dalam waktu kurang dari 3 menit bahkan bisa dalam waktu 2 menit setelah terjadi gempa bumi. Karena informasi bersifat realtime, meskipun parameternya bersifat sementara, namun dapat digunakan oleh BPBD atau pemangku kebencanaan untuk segera mengambil respon cepat guna melakukan langkah-langkah upaya mitigasi, sehingga diharapkan dapat mengurangi korban jiwa dan dampak gempa lainnya secara dini,” beber Kepala BMKG.

Untuk itu Sumawan berharap, dengan terpasangnya WRS di tiga lokasi tersebut, diharapkan akan meningkatkan kesiapsiagaan para petugas siaga bencana, dan segera dapat mengambil tindakan yang di perlukan dalam penanggulangan bencana.

“Selain itu kita juga berharap, pemasangan WRS NewGen ini juga dapat meningkatkan performa penyebarluasan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami dari BMKG Pusat Jakarta ke kantor unit pelaksana teknis BMKG, Pemerintah Daerah, Lembaga/Kemeterian, Media, dan lembaga lain yang terkait penanganan bencana,” tandasnya.

Untuk diketahui, wilayah Indonesia merupakan bagian dari jalur gempa dunia yang terbentang dari Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Flores, Alor, Laut Banda, Seram, Sulawesi, Maluku Utara, dan Papua.

Sebagai wilayah yang terletak pada jalur gempa aktif, kondisi fisiografi wilayah Indonesia sangat dipengaruhi oleh aktivitas tumbukan 3 lempeng tektonik utama dunia, yaitu Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik.

Ketiga lempeng tektonik tersebut bertumbukan dan bergerak secara relatif antara satu dengan yang lain, menjadikan wilayah Indonesia sebagai salah satu kawasan rawan gempa dan tsunami di dunia.

Secara umum, kita memiliki 13 segmentasi sumber gempa megathrust. Selain itu ada 295 segmentasi sesar aktif. Berdasarkan kondisi tektonik yang kompleks ini, maka gempa dapat terjadi kapan saja dalam berbagai variasi magnitudo dan kedalaman.

Hasil monitoring BMKG menunjukkan selama periode 2008-2019, rata-rata dalam setahun terjadi gempa sebanyak 5.818 kali, gempa signifikan dengan magnitudo di atas 5,0 sebanyak 347 kali dan 2 tahun sekali terjadi gempa berpotensi tsunami. (*Pepenk/Sumber BMKG Alor).

Komentar Anda?

Related posts