Labuan Bajo, seputar-ntt.com – Para petani di desa Compang Longgo, Kecamatan Komodo di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur mengaku jatuh hati terhadap taknologi Jarso Super yang dilakukan oleh BPTP Balitbangtan NTT di wilayah mereka. Dengan tumbuh kembang padi yang subur dan hasil panen yang memuaskan maka para petani mengaku sangat puas dan akan mengadopsi teknologi yang dipraktekan langsung oleh para peneliti dari BPTP Balitbangtan NTT.
“Kami akhirnya jatuh cinta sama BPTP Balitbangtan NTT setelah mengimplementasikan teknologi Jarwo Super dalam proses produksi padi di desa kami”. Jujur, semulanya kami tidak sepenuh hati untuk mau menerima kedatangan peneliti BPTP Balitbangtan NTT, Ir. Charles Bora, M.Si. dan timnya bulan Mei yang lalu, saat menawarkan kerjasama dengan kelompok tani di sini. Alasan kami menolak karena, selain kami belum pernah mengenal BPTP, juga kami menganggap cara tanam padi melalui terapan teknologi Jarwo Super adalah hal yang biasa-biasa saja. Dengan diyakini oleh PPL, Hironimus Emilianus Joma, SP. yang bertugas di desa ini, akhirnya kami mau menerima dan mencoba teknologi ini,” ketua kelompok tani Handel, Ahmad Madil di desa Compang Longgo, Kecamatan Komodo di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, kepada Dr. Jacob Nulik, peneliti senior BPTP Balitbangtan NTT dan tim ketika berkunjung ke desa ini sehari sebelum acara”Panen dan Temu Lapang, Demfarm Sistem Produksi padi Potensi Tinggi menggunakan Teknologi Jajar Legowo Super”.
Ahmad Madil mengisahkan paraPeneliti dan PPL setempat meakukan pendampingan terhadap para petani selama beberapa bulan sejak Mei 2017. Dengan ketekunan dan kesabaran dari para peneliti dan kami diyakini dengan pertumbuhan padi yang luar biasa, kamipun langsung jatuh cinta. Kedepan kami akan menggunakan tekologi ini dan kami berharap agar hubungan dan kerjasama selama ini degan BPTP Balitbangtan NTT tidak sampai diini saja, tapi terus berlanjut dengan teknologi-teknologi yang baru. Kami mengucapkan terimakasih terutama kepada para peneliti yang sudah bersama-sama dengan kami,” ujar Ahmad.
Ungkapan yang sama juga disampaikan ketua kelompok ini pada acara Panen dan Temu Lapang pada tanggal 7 September 2017 ketika melaporkan kepada 200-an hadirin yang umumnya adalah petani, tokoh masyarakat dan penyuluh pertanian. Acara ini, yang dihadiri oleh Wakil Bupati Manggarai Barat, drh. Maria Geong, Ph.D. dan para pejabat lainnya seperti para Kadis Pertanian dan Kadis Peternakan, Kapolres, Dandim, Camat Komodo. Efek dari implementasi Jarwo Super ini terbukti dari laporan ubinan setelah dilakukan panen perdana saat itu juga oleh Wakil Bupati Manggarai Barat beserta para pejabat lainnya di kawasan persawahan Handel seluas 30 ha, dimana 15 ha difasilitasi oleh BPTP NTT dan 15 ha merupakan swadaya petani dalam kelompok ini.
Hasil ubinan yang dilaporkan oleh PPL setempat, yaitu 9.68 t/ha GKP menggunakan varietas Inpari 30 (umur 111 hari), Inpari 32, 10 t/ha GKP (umur 120 hari) dan Inpari 33, 10.8 t/ha GKP (umur 107 hari). Produktivitas karya petani ini dianggap sebagai hal yang sangat luar biasa, apalagi dipanen pada MT II yang sangat terbatas debit air selama proses produksi. Sebagai pembanding, produktivitas padi setempat baru mencapai 5.53 t/ha.
Pada kesempatan ini juga, Peneliti BPTP Ir. Chales Bora, M.Si. menjelaskan secara teknis mengenai apa itu Jarwo Super. Dan juga ditambahkan oleh Dr. Jacob Nulik sebagai pejabat yang mewakili Kepala BPTP Balitbangtan NTT bahwa, petani jangan ragu lagi dalam menerapkan teknologi ini. Dikatakan bahwa, teknologi ini sebelum didiseminasikan dan disosialisasikan kepada petani, terlebih dahulu telah dilakukan penelitian dan pengkajian mengenai ketangguhan dari teknologi ini. Teknologi ini juga, bukan hanya diperkenalkan di desa ini saja, tetapi sudah berkembang di tempat lain di Indonesia, ungkap Nulik pada saat memberi sambutan pada acara ini.
Kesempatan ini dimanfaatkan Wakil Bupati untuk memotivasi para petani, yaitu dengan menghimbau kepada petani bahwa untuk menghasilkan produksi yang tinggi, petani harus mentaati semua saran dan anjuran dari penyuluh, karena hanya dengan tindakan dan cara budidaya yang berbasis teknologi dan ilmu pengetahuan, baru bisa meraih harapan produksi yang tinggi. Ini terbukti dari kelompok tani Handel yang mau menerapkan teknologi yang disarankan oleh peneliti BPTP. Bahkan harapan Wakil Bupati bahwa, Badan Litbang Pertanian juga harus mendukung Pemerintah Kabupaten Manggarai dengan teknologi lokal spesifik yang lain, karena saat ini Pemkab Manggarai sedang menggodok pembentukan UPTD baru seperti, UPTD pembibitan ternak, UPTD perbenihan tanaman pangan, dll.
Untuk diketahui bahwa Jarwo Super adalah teknologi yang tidak saja menerapkan tata-tanam dengan pola 2:1, tetapi juga dilengkapi dengan komponen teknologi lainnya yang wajib diterapkan seperti, Varietas Unggu Baru (VUB), Benih berlabel, Bio-protektor, pupuk hayati (Agrimeth) dan bio-komposer (M-Dec) dan penggunaan Alsintan, yang diaplikasi sejak benih (seed treatment), pesemaian, pertumbuhan vegetatif sampai memasuki fase generatif (bunga dan buah). Semua komponen tersebut di atas merupakan inovasi yang dihasilkan oleh peneliti-peneliti Balitbangtan, Kementerian Pertanian. Hasil dari produksi padi ini, masih dapat dikembangkan menjadi benih untuk disebarluakan di wilayah Manggarai Barat. (01/*tb)