Suhu Politik dalam rangka memperebutkan pintu partai menjelang hajatan Pemilihan Gubenrnur dan Wakil Gubernur (Pilgub) NTT semakin menghangat. Belum ada ada partai politik yang memutusakan jagoan mereka. Semuanya masih berproses. Demikian juga di partai Golkar. Beberapa bulan lalu, nama Ibrahim Medah seperti sudah final akan diusung Partai Golkar. Namun kehadiran Emanuel Melkiades Laka Lena yang juga Wakil Sekjen Golkar membuat peta poltik di partai berlambang pohon beringin mulai berubah. Rasa percaya diri dari Kubu Iban Medah, secara perlahan mulai tergerus bahkan mulai terkesan tak rasional karna kader setua Iabn Medah mulai memperlihatkan amarah dalam kancah politik. Ha ini terbaca secara jelas dari pemberitaan berbagai media di NTT.
Tak ada yang meragukan jejak politik Iban Medah di NTT. Dia sering dianggap sebagai guru bagi para politis muda. Berbagai jabatan di Partai golkar telah dia lalui hingga menjadi ketua DPD Golkar NTT. Hal ini juga berbanding lurus dengan jabatan-jabtan politik yang sudah dilalui Iban Medah, tapk bisa dipungkiri bahwa itu berkat partai Golkar. Sebut saja Iban Medah pernah menjadi Ketua DPRD Kabupaten Kupang, Bupati Kupang 2 periode, Ketua DPRD NTT, itu semua jabatan yang diemban karna dia adalah politisi Golkar. Dari gambaran perjalanan karier politik tersebut bisa kita lihat betapa cemerlang jejak Iban Medah. Itulah kenapa di usianya yang sudah 70-an tahun Iban Medah tetap ingin merebut kursi Gubenrnur NTT, sekalipun sudah dua kali babak belur oleh orang yang sama yakni Frans Lebu Raya. Iban bahkan mengatakan di usianya yang sudah menginjak 70-an tahun dia masih kuat seperti pemuda 30-an tahun.
Mungkin saja garis tangan Iban Medah untuk menjadi gubernur NTT tidak selurus perjalanan politiknya ketika merengkuh berbagai jabatan yang pernah dilaluinya. Saat maju pertama kali menjadi Calon Gubernur NTT, Iban Medah berpasangan dengan Paulus Moa. Dua orang politisi yang tak diragukan oleh masyarakat, tapi harus terkulai dihadapan Frans Lebu Raya, anak muda yang pengalamnannya jauh sekali dibawah Iban Medah. Tak puas dengan itu, di kesempatan kedua, Iban Medah dipasangkan dengan Melki Laka Lena dan harus puas berada pada posisi tiga dan tidak masuk pada babak Final dan sekali lagi pemenangnya adalah putra Witihama Adonara yang juga petahana yakni Frans Lebu Raya. Saat Golkar menetapkan Iban Medah maju dengan Melki Laka Lena, banyak simpatisan yang tidak mendukung, pasalnya Iban Medah sudah berkeling dengan Hugo Kalembu tapi keputusan Golkar membuat Iban Medah harus mengalah dan tunduk pada perintah partai.
Pada Pilgub kali ini, Iban Medah kemduian melontarkan pernyataan-pernyataan yang emosional dan tidak dewasa. Dia mengatakan bahwa kekalahan dia dalam Pilgub adalah karena keputusan Golkar Pusat dalam menentukan wakil sehingga dia harus bersikap. Tidak sekedar bersikap, Iban Medah sudah siap untuk melawan jika Golkar tak mengakomodir dirinya. Iban Medah mulai terkesan tidak lagi dewasa dalam mengagapi dinamika politik yang terjadi ketika Melki Laka Lena mulai melakukan gerakan-gerakan politik yang sangat mengganggu perjalanan Iban Medah. Warganet yang menjadi pendukung Iban Medah bahkan secara brutal membandingkan Melki Laka Lena dengan Iban Medah. Perbandingan yang tidak setara baik dari sisi pengalaman maupun usia. Melki Laka Lena baru berumur 41 Tahun semntara Iban Medah sudah 71 Tahun. Usia yang cukup jauh berbeda tentu berimbas pada pengalaman dan karier politik. Satuhal yang pasti bahwa Iban Medah tak bisa memungkiri bahwa usianya telah renta dan Laka Lena masih muda.
Masyarakat NTT tetantu akan disuguhi trik-trik politik dalam tubuh Golkar sebab Pilgub sudah didepan mata. Medah sudah secara tegas mengatakan bahwa dia tetap maju menjadi Calon Gubernur sekalipun Golkar tidak mengakomodir dirinya. Ini adalah sinyal bahwa karier politik Iban Medah di Partai Golkar akan segera berakhir di Pilgub NTT, atau dalam kata lain Pilgub NTT adalah senjakala karier politik Iban Medah? Mari kita menunggu siapa yang akan menjadi pemimpin NTT pasca Frans Lebu Raya. (joey rihi ga)