Kupang, seputar-ntt.com – Hall Lippo Plasa Kupang pada Minggu, (9/4/2017) siang terlibaht ramai. Sebuah panggung minimalis berdiri anggun dengan spanduk bertuliskan Sayembara Ayo Bangun NTT yang digelar Yayasan Tunas Muda Indonesia. Ada gambar Emanuel Melkiades Laka Lena sebagai ketua yayasan yang menggelar kegiatan sayembara itu. Sejumlah anak muda lalu-lalang dengan kaos putih yang bergambar Melki Laka Lena, sapaan akrab Emanuel Melkiades Laka Lena.
Dududk dideretan depan, Melki Laka Lena ditemani seorang Pemulung yang telah membuka sekolah gratis untuk masyarakat tidak mampu di Kota Kupang. Pemulung itu ada Yosep Blikololong. Ada juga anggota DPRD NTT dari Partai Golkar, Thomas Tiba. Anak muda dengan berpakian berbagai etnis di NTT duduk memehuni sejumlah kursi. Ada pula yang masih mahasiswa, selebihnya anak muda tanggung yang baru selesai kuliah dan rata-rata adalah aktivis. Meskipun Laka Lena masuk dalam daftar figure yang disurvei Golkar untuk menjadi bakal Calon pada Pilgub tahun 2018, namun kegiatan di Plasa Milik James Riady itu jauh dari aroma politik.
Kegiatan yang akan digelar di 23 kabupaten/kota di NTT itu di buka oleh Yosep Blikololong. Seorang pemulung dan bukan birokrat sebagaimana lasimnya sebuah kegiatan akbar berlabel NTT. Dipilihnya pria asal Lamalera, Lembata itu bukan tanpa alas an. Dia adalah motivator dikala semua orang tidak mampu menembus kaum marginal terutama di dunia pendidikan. Politisi sekelas Laka Lena bukan tak mampu menghadirkan orang besar dalam kegiatan itu, namun dia sengaja memberi panggung bagi orang yang memiliki kepedulian dan keikhlasan namun sebenarnya menoreh prestasi luar biasa.
”Saya berterima kasih kepada Pak Melki yang menghadirkan saya di atas panggung ini. Jujur pekerjaan pokok saya adalah pemulung di Ramayana Mall dan buruh kontener untuk menghidupkan keluarga dan sebagian untuk membiayai kedua sekolah yang saya dirikan, yakni PAUD dan SMP secara gratis bagi keluarga tak mampu dan anak jalanan. Jadi bapak ibu jangan berpikir bahwa, yang bediri di atas panggung ini adalah pejabat atau pengusaha besar. Yang benar saya adalah pemulung, yang sejak 2004 mengumpul barang – barang bekas untuk menghidupi keluarga,” kata Blikololong.
Hirup-pikuk penungjung lippo plasa kupang tak mempengaruhi kegiatan yang rata-rata dilakonkan oleh anak muda. Sejumlah pengunjung malah ikut menonton acara yang berlangsung cukup seru itu. Sejumlah awak media turut meliput kegiatan tersebut bahkan disiarkan secara live oleh dua stasiun radio di Kota Kupang. Yang cukup menarik ketika anak-anak muda melakukan tarian Tebe dengan saling berpegangan tangan didepan panggung. Mungkin ini kali pertama orang melakukan Tebe di sebuah mall sekelas Lippo Plasa.
Melki Laka Lena dalam sekapur sirihnya mengatakan, dia memang sengaja menghadirkan orang-orang yang mampu memberikan inspirasi bagi banyak orang. ““Ini merupakan kesempatan baik untuk konsolidasi pikiran-pikiran baik dan orang baik yang selama ini dilupakan, ditinggalkan, orang-orang yang tidak dianggap tetapi memiliki dedikasi dan pengabdian terhadap daerah ini serta menjadi inspirasi dan teladan bagi semua orang. Bahwa seorang yang dengan profesi pemulung tapi mampu mendirikan 2 sekolah secara gratis, ini hal yang luar biasa. Ini bukti bahwa kita bisa membangun NTT jika memiliki niat tulus,” kata Melki.
Pantauan media ini, ada sejumlah politisi golkar yang berdiri jauh dibelakang tapi menaruh perhatian dengan kegiatan yang smentara berlangsung. Bisa jadi mereka adalah orang yang memang sengaja memantau secara sembunyi-sembunyi, sebab jika mereka punya niat baik pasti akan memberi selamat atau berjabat tangan dengan Laka Lena, toh mereka sessama politisi Golkar.
Empat tahun silam, nama Melki Laka Lena tiba-tiba menjadi topik perbincangan yang cukup hangat disaat Pilgub NTT. Tidak hanya jadi buah bibir di meja birokrasi, nama Melki Laka Lena yang masih asing kala itu menjadi tanda tanya bagi masyarakat awam. Bagimana tidak, dialah yang mendapat restu dari Partai Golkar untuk mendampingi Ibrahim Agustinus Medah sebagai Calon Gubernur. Keputusan Golkar kala itu membuat panas dingin sebagian orang yang mengingikan Iban Medah berpasangan dengan Hugo Kalembu. Namun Perintah partai adalah amanah yang wajib hukumnya dilaksanakan.
Apa yang terjadi pada tahun 2013 silam, kini kembali terangkat dipusaran Pilgub NTT. Kehadiran Melki Laka Lena di kancah politik lima tahunan di Provinsi NTT seakan meruntuhkan berbagai opini yang selama ini telah mengkristal ditengah masyarakat. Namanya yang masuk dalam survey oleh DPP Partai Golkar, mematahkan peta politik di partai beringin yang katanya telah menjadi milik sang ketua DPD. Kiprah Melki Laka Lena, memang tak terekam secara apik di tanah kelahirannya, Kota Kupang. Lantas siapa Melki Laka Lena itu??
Pria yang lahir di Kupang pada 10 Desember 1976 itu memiliki nama lengkap Emanuel Melkiades Laka Lena. Sekalipun lahir di Kota Kupang, namun banyak yang tidak mengenal Melki Laka Lena sebelum dia datang mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur pada 2013 silam. Kenapa demikian? Karna Melki Laka Lena hanya sebentar saja di Kupang. Ketia dia menamatkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1989 dari SDK Bon Bosco 3 Kupang, dia melanjutkan pendidikan ke SMP Seminari Pius XII Kisol namun lulus dari SMPK Ndao, Ende pada tahun 1992. Dia lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Farmasi Kupang, dan lulus tahun 1995. Dari situ dia melanjutkan studi S1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan lulus tahun 2001. Sejak itu dia berkarya diluar NTT. Wajar jika ada yang beralasan tak mengenal figur muda yang belum genap berusia 41 tahun itu.
Pada Pilgub 2013 ketika dia maju menjadi Calon Wakil Gubernur, usianya baru 36 tahun. Anak muda yang boleh dibilang bau kencur dalam urusan politik. Namun ketika Golkar memutuskan dia harus maju mendampingi Iban Medah maka disitulah orang sbenarnya bisa meneropong siapa anak muda itu di mata para punggawa Golkar di Ibu Kota. Gelombang dukungan untuk Medah dan Hugo kalembu dari Sumba mampu dipecahkan oleh Melki Laka Lena. Itu lima tahun silam, lalu bagimana dengan saat ini. Bisa saja banyak yang melihat dengan mata sebelah, namun turbulensi politik di partai berwarna kuning tersebut bisa saja terjadi.
Sebagai Wakil Sekjen DPP Partai Golkar Bidang Pemenangan Pemilu Nusa Tenggara Bali tahun 2016 – 2020 dan Ketua PPK Kosgoro 1957 tahun 2017 – 2020, Melki Laka Lena bukan wajah asing bagi para pengambil keputusan di Partai Golkar. Surat penunjukan Ibrahim Agustinus Medah dan Emanuel Melki Laka Lena tertuang dalam surat DPP Golkar No R 406/GOLKAR/XII/2012 tentang Pengesahan pasangan calon Kepala Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang ditanda tangani Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie dan Sekjen Idrus Marham, sebenarnya menunjukkan Melki Laka Lena adalah orang dalam di DPP Golkar.
Suami dari Mindriyanti Astiningsih ini cukup populer di kalangan aktivis muda. Karir politik Laka Lena diawali di Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Yogyakarta, yang mengantarnya kemudian menjadi Sekretaris Jendral Pengurus Pusat PMKRI periode 2002-2004. Karir Laka Lena di dunia Politik tidak terlampau mulus. Pada Pemilu Legislatif 2009 dia sempat maju menjadi Calon Legislatif DPR RI dari NTT, namun garis nasib belum menjadi miliknya. Melki juga tercatat sebagai salah seorang Deklarator Organisasi Masyarakat (Ormas) Nasdem.
Ketika DPP Golkar memasukkan nama Laka Lena dalam survey untuk menjaring calon dari Partai Golkar dalam menghadapi Pilgub NTT 2018, tentu bukan tanpa alas an. Kehadiranya mungkin tidak diinginkan sebagian orang namun tanpa terlihat, dia telah merangkul banyak anak muda di NTT. Mereka bahkan telah membentuk relawan Melki Laka Lena. Rasa jenuh pemilih dan masyarakat terhadap figure yang telah berulang kali bertarung di kancah politik Plgub NTT harus menjadi lampu hijau bagi kaum muda untuk mengambil alih pucuk pimpinan di Provinsi NTT. Negeri ini terlalu luas dan butuh tenaga ekstra untuk membangun dan mengangkatnya sejajar dengan daerah lain di Indonesia. (joey rihi ga)