Sehari Bersama Awang Notoprawiro, Berbagi Untuk Sesama

Kupang, seputar-ntt.com – Moment hari raya Idul Adha 1439 Hijriyah menjadi ajang berbagi untuk sesama. Ini bukan yang pertama, sebab sudah menjadi kebiasaan bagi Awang Notoprawiro untuk berbagi dengan sesama disetiap Idul Adha. Bukan pula hanya karena moment hari raya, namun dalam berbagai kesempatan dia selalu berbagi. Berbagi lintas golongan tanpa memandang untung dan rugi. Terlahir dari keluarga sederhana telah membentuk pribadi Awang Notoprawiro sebagai sosok yang suka memberi sekaligus mensyukuri rahmat dan pemberian Allah dalam hidup.

Riuh tepuk tangan di pelataran Masjid Saidamanahtullah yang terletak dibilangan Tenau Kupang, seperti membelah terik siang pada Rabu, 22 Agustus 2018. Hari itu semua umat muslim sedang merayakan hari raya Idul Adha 1439 Hijriyah. Masjid Saidamanahtullah hanyalah satu dari sekian banyak masjid yang memperoleh bantuan Hewan kurban. Tepuk tangan umat pecah ketika mendengar nama Awang Notoprawiro disebut oleh Walikota Kupang, Jefry Riwu Kore yang bersama-sama hadir menyerahkan bantuan hewan kurban.

Awang Notoprawiro yang adalah Ketua DPW PAN NTT ini hadir mendampingi Walikota Kupang, Jefry Riwu Kore menyerahkan bantuan hewan kurban bagi umat muslim yang ada di Kota Kupang. Walaupun menyumbang 15 ekor sapi namun tidak ada roman angkuh dari wajah pria berkacamata yang lahir dan besar di pantai Namosain itu. Sekalipun satu mobil dengan orang nomor satu di Kota Kupang, namun Awang tetap terlihat santun mendampingi teman sekolahnya sejak sekolah dasar. Walaupun Awang Notoprawiro yang menyumbang hewan kurban tapi dia meminta Walikota Kupang untuk menyerahkan kepada Imam Masjid.

“Pak Walikota adalah bapak dari semua warga dan beliau tidak pernah memilih dan memilah warganya. Itulah kenapa saya meminta beliau saja yang menyerahkan kepada umat dan biarkan saya cukup mendampingi. Intinya bukan darimana hewan itu kita berikan tapi niat tulus kita dalam berbagi dan kalau yang menyerahkan itu adalah orang tua kita di Kota ini maka warga juga akan merasa senang. Sekaligus juga pak Walikota bisa melihat secara dekat umat muslim di Kota saat merayakan Idul Adha,” begitu alasan Awang Notoprawiro saat ditanya kenapa dia tak menyerahkan langsung bantuannya.

Menggunakan batik bercorak merah, Awang Notoprawiro begitu setia mendampingi Walikota menyerahkan hewan kurban. Mulai dari Masjid Al-Ijtihad NBS hingga Masjid masjid Al Mujahirin Oebufu. Dari Pantai Asuhan At-Tin Namosain hingga kantor DPW PBNU NTT. Disetiap tempat yang dituju, setiap kali nama Awang Notoprawiro disebut, pasti langsung direspon dengan tepuk tangan yang meriah oleh umat dan hanya senyuman tipis yang merekah dari bibir sosok yang tak banyak bicara itu. Kehadirannya seperti sudah dinanti, sebab baik ibu-ibu hingga anak-anak begitu bergairah untuk berswafoto dengan calon Anggota DPR RI dari Dapil NTT 2 tersebut.

Awang tak hanya mneyumbang hewan kurban bagi Masjid, tapi dia juga berbagi untuk Pantai Asuhan. Awang juga tak melupakan kerukunan msayarakat yang berasal dari luar NTT yakni Kontak Kerukunan Sosial (K2S) Guyub Rukun Agawe Santoso, tempat berkumpulnya saudara-saudari drai pulau Jawa. Dia juga mengingat Lembaga keagamaan sehingga berbagi dengan DPW PBNU NTT. Walaupu tak sempat sarapan pagi tak menyurutkan semangat dalam berbagi di hari Idul Adha. Beruntung K2S menyiapkan santap siang sehingga kami bisa mengobati rasa lapar yang menyiksa sebab jarum jam telah menunjukkan pukul 14:11 Wita. “ayo makan, ini rejeki anak sholeh,” kata Awang sambil tersenyum mengajak awak media.

Pembawaan Awang Notoprawiro  yang cukup sederhana, membuat dia tak memiliki jarak dengan siapapun. Bagi mereka yang tidak mengenal sosok ini, maka tak akan menyangka jika dia adalah pengusaha sukses sekaligus Ketua DPW PAN NTT. Lahir dan besar di Kota Kupang, membuat Awang Notoprawiro tumbuh besar menjadi sosok yang pluralis dan humanis. Sekalipun muslim yang taat, tapi dia menempuh pendidikan di sekolah Kristen. Itulah yang menempa pribadi Awang menjadi sosok yang mampu menembus sekat tanpa melihat suku, agama maupun ras dan antar golongan.

Terlahir dari keluarga nelayan yang sederhana, membuat Awang harus berjibaku dengan getirnya kehidupan untuk meraih masa depan yang lebih baik. Sebagai anak Namosain, Laut adalah sahabat yang bisa memberi nafkah. Bagi Awang, laut bukan hanya deburan ombak semata tapi juga sumber berkah yang harus dikelola untuk kehidupan. Saking mencintai laut dan rezekinya, panggilan tak humanis sempat dia berikan untuk Awang ketika menempuh pendidikan di SMA. Siapa yang menyangka jika Awang yang dipanggil si “Amis” oleh gurunya saat bersekolah di SMK Giovani Kupang kini telah menjadi orang yang berpengaruh di kancah politik NTT. Sekalipun sukses dalam bisnis dan politik, tidak membuat Awang menjadi Jumawa.

Sosok Awang Notoprawiro dikenal luas oleh masyarakat Kota Kupang, tidak saja mereka yang berduit tapi juga rakyat jelata. Bukan pula mereka yang sesama muslim, tapi Awang juga menjadi sandaran umat lain yang hidup di Kota Kupang. Sebut saja, ketika perayaan Paskah Tiba, maka angkutan milik Awang paling banyak digunakan secara gratis oleh peserta pawai paskah. Dia sadar bahwa dia hidup di rumah Flobamora, rumah yang dibangun dalam suka dan duka bersama tanpa melihat sekat agama dan suku. (joey rihi ga)

 

Komentar Anda?

Related posts