Studi Solusi Iklim, Tingkatkan Kapasitas Agen Perubahan

  • Whatsapp

Lewoleba, seputar-ntt – Studi solusi cerdas iklim adalah salah satu dari rangkaian kegiatan Plan Internasional untuk Adaptasi Perubahan Iklim (API) yang berpusat pada anak khususnya lewat proyek / Child-Centered Climate Change Adaptation (4CA) yang saat ini diimplementasikan di Kabupaten Lembata dan Kabupaten TTU. Hasil studi baseline yang dilakukan oleh Plan International Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Generasi Hijau Indonesia (GHI) menunjukkan bahwa di Indonesia, khususnya di NTT, anak-anak di wilayah NTT masih memiliki tingkat kerentanan yang tinggi terhadap perubahan iklim. Beberapa dampak yang timbul berupa kekurangan gizi, dampak negatif akibat kejadian cuaca ekstrim dan bencana (> 90%), dan kondisi rentan terhadap penyakit serta terganggunya aktivitas dalam pendidikan akibat adanya perubahan lingkungan.

“Dari  hasil riset yang kami lakukan di dua kecamatan di Kabupaten Lembata, Anak merupakan kelompok yang rentan terhadap dampak negatif perubahan iklim. Selain menjadi korban, anak memiliki potensi lain sebagai agent of change (Agen Perubahan) dalam mengatasi dampak perubahan iklim. Dalam mewujudkan peran anak sebagai agen perubahan, perlu untuk meningkatkan kapasitas adaptasi anak, salah satu bentuknya adalah Solusi Cerdas Iklim” jelas I Putu Santikayaksa, dari Yayasan Generasi Hijau Indonesia.

Mengacu pada hasil studi baseline tersebut dan dalam upaya meningkatkan pemahaman dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim terutama peningkatan kapasitas kelompok anak dalam menghadapi dampak perubahan iklim, Plan International Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Generasi Hijau Indonesia (GHI) melakukan kajian lanjutan dari studi baseline berupa Studi Solusi Cerdas Iklim untuk kegiatan Adaptasi perubahan iklim yang berfokus ada anak / Child-Centered Climate Change Adaptation (4CA).

Kegiatan ini melibatkan Satuan Kerja Pemerintah Daerah terkait, Camat, Perwakilan desa, Orang Tua, Komite Sekolah, Guru dan perwakilan NGO di Hotel Palm Indah Lewoleba (9/9). Melalui studi ini diharapkan pemerintah dan masyarakat dapat mengidentifikasi berbagai kegiatan Adaptasi perubahan iklim  yang relevan dan bisa diaplikasikan untuk wilayahnya masing-masing. Studi ini juga bisa digunakan untuk menemukan aksi solusi cerdas iklim di masyarakat yang sesuai dengan kearifan lokal dan adat istiadat setempat. Identifikasi  juga untuk mengkaji berbagai bentuk kegiatan adaptasi yang telah dilakukan oleh para leluhur, atau yang sedang dipraktekkan sekarang, atau potensi-potensi kegiatan adaptasi yang baru akan direkomendasikan.

“Isu perubahan iklim dan bagaimana kita beradaptasi terhadap perubahan iklim ini jangan kita anggap hanya sebuah program, namun mari kita bangun ini sebagai sebuah gerakan bersama. Pemerintah, NGO dan semua stakeholder harus bersinergi untuk berkoordinasi dan melakukan aksi bersama,” kata Muhammad Thamrin, Manager Plan Internasional Indonesia Program Area Lembata dalam sambutannya.

Selain itu, kegiatan solusi cerdas iklim  digunakan untuk memetakan dampak perubahan iklim yang dirasakan oleh masyarakat dan mengidentifikasi dampak dari berbagai kebijakan dalam masyarakat serta apakah kebijakan terkait perubahan iklim terintegrasi dalam rencana pembangunan dan pengembangan masyarakat. Solusi cerdas iklim juga akan memunculkan inovasi praktek adaptasi yang bisa dilakukan khususnya oleh anak-anak terutama menemukan praktek adaptasi perubahan iklim yang sesuai dengan kearifan lokal dan kultur setempat.

Kegiatan ini menghasilkan beberapa rekomendasi berupa Solusi Cerdas Iklim untuk wilayah Lembata diantaranya, Gerakan panen dan tanam air di rumah dan sekolah melalui teknologi penampungan air hujan,  Pengelolaan pemanfaatan mata air dikombinasikan dengan sumur bor, Peningkatan produktivitas tanaman dengan sistem tumpang sari, Pengembangan sistem zonasi budidaya dan pemasaran budaya rumput laut, penanaman pohon kayu khas daerah untuk penghijauan, pembentukan tanggul untuk mengatasi banjir rob dan desalinisasi air laut untuk desa wilayah pesisir pertimbangan intrusi air laut. Anak-anak sebagai agen perubahan akan dikapasitasi melalui pendidikan yang berbasis pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim di sekolah maupun dalam kelompok-kelompok kaum muda yang ada di masyarakat. (Broin Tolok)

 

Komentar Anda?

Related posts