Walikota Kupang : Bidan Harus Layani Pasien dengan Senyum

Kupang, seputar-ntt.com – Peranan bidan dalam menekan angka kematian ibu dan anak sangat penting. Bidan memiliki peran sejak ibu mengandung, persalinan dan nifas. Untuk itu, bidan mesti selalu senyum dalam melayani pasien dan juga bekerja dengan hati.

Hal itu disampaikan Walikota Kupang, Jefirstson R Riwu Kore, pada acara pembukaan Rapat kerja daerah ke II pengurus Ikatan Bidan Indonesia (IBI) propinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2017, di hotel Neo by Aston Kupang,  Senin (28/8/2017).

“Bidan harus banyak senyum, jangan sampai orang melahirkan, marah – marah lagi. Bisa dibayangkan ibu sudah setengah mati mau melahirkan lalu bidannya marah,” kata Jeriko, sapaan Jefirstson R Riwu Kore.

Kegiatan yang mengusung tema konsolidasi penguatan Sistem Manajemen dan Regulasi Organisasi Ikatan Bidan Indonesia ini, tambah Jeriko, peranan bidan sangat penting dalam menjaga kesehatan, menentukan kehidupan ibu dan bayi itu sendiri. Walaupun ada peran dari pihak lain. Sehingga rakerda seperti ini perlu diberikan pengetahuan kepada bidan ke depan.

“Saya berharap rapat kerja ini dapat mengahasilkan yang berguna bagi semua peserta dan organisasi IBI. Yang pertama menata organisasi, menata organisasi itu  tidak mudah karena banyak ada kepentingan individu,”katanya.

Dalam penataan organisasi harus secara profesional dengan memberika pelatihan kepada anggota, seperti bagaimana organisasi meningkatkan kemampuan, keahlian dari masing – masing anggota.

“Kami pemerintah sangat berharap supaya tingkat kematian ibu dan anak kalau bisa zero. Ini juga tanggungjawab bidan. kesabaran akan memberikan kualitas yang lebih baik kepada anak dan ibu yang melahirkan itu sendiri,”katanya.

Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI ) NTT, Elisabeth Rengka, SST dalam sambutannya menambahkan bahwa bidan sangat berperan pada kesehatan reproduksi, kehamilan, persalinan dan nifas. Dari 3.685 orang tenaga bidan di NTT baru 2000 yang memiliki kartu anggota IBI. Sementara, baru 22 persen tenaga bidan yang kompeten untuk memenuhi kebutuhan dasar perempuan dan ibu hamil, terutama dalam mencegah kematian ibu dan bayi.

“Bekerja dari hati, perlakukan pasien seperti saudara kandung, jaga sikap, tutur kata dan memberikan warna kesejukan ditengah masyarakat,”katanya.

Dia berharap tenaga bidan yang ada untuk  bergabung dengan organisasi profesi dengan mendaftarkan diri di organisasi IBI, di pengurus cabang kabupaten dan kota. Selanjutnya dilakukan verifikasi untuk mendapatkan kartu anggota.

Elisabeth meminta para bidan untuk terus meningkatkan kemampuan kebidanan, belajar dan mengakses materi tentang kebidanan atau membaca majalah IBI yang terbit dua Minggu sekali. Saat ini, tambahnya, organisasi IBI sudah terbentuk di 28 propinsi di Indonesia. (pelipus libu heo)

Komentar Anda?

Related posts