Seba, seputar-ntt.com – Salah satu tradisi yang masih terpelihara dalam kehidupan orang Sabu Raijua saat ini adalah “cium Sabu”. Namun ciuman tulus tanpa dendam yang mengurat akar dalam kehidupan anak cucu Hawu Miha ini tidak berlaku dalam politik. Pasalnya ada yang datang dengan ciuman “getsemani” yakni pelukan untuk membunuh lawan dengan berbagi isu politik. Karena itu, jelang pilkada Desember 2015 nanti, waspadai ciuman getsemani.
Tidak bisa dipungkiri bahwa isu adalah senjata ampuh yang dipergunakan untuk membuat lawan tersungkur. Tak penting apakah isu yang ditebar mumpuni atau tidak tapi itu adalah strategi yang selalu mengental dalam setiap hajatan politik. Namanya juga isu, sehingga perlu kecerdasan untuk mencari kebenaran yang sahih didalamnya. Seiring waktu yang kian dekat dengan Pemilukada, isu yang menyerang Paket Mandiri kian kental dilontarkan lawan politik. Seperti kentut, sulit untuk menemukan sumber, tapi baunya menyesakkan hidung.
Bagi Marthen Dira Tome dan Nikodemus Rihi Heke, isu yang dilontarkan lawan adalah suplemen yang baik untuk menambah energi dalam menyerap aspirasi masyarakat Sabu Raijua. Mereka seperti tak kehilangan tenaga berjalan dari kampung satu ke kampung lainnya untuk bertemu langsung dengan masyarakat. Merka tidak pernah terganggu dengan kabar angin atau kabar burung yang sengaja dihembuskan lawan. Bagi mereka dukungan masyarakat lebih penting dari pada sekedar menanggapi isu tersebut.
Saat ini pihak lawan sedang mengumpulkan semua isi pidato Marthen Dira Tome untuk dijadikan senjata guna menyerang balik Dira Tome. Mereka mengkritisi soal kenapa Pemerintah sekarang banyak menempatkan orang dari luar Sabu Raijua pada posisi-posisi penting dalam pemerintahan. Mereka lupa bahwa Sabu Raijua masih bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang semua suku bangsa memiliki hak untuk berbhakti bagi Sabu Raijua.
“Jika kemudian ada pegawai yang saat ini sedang menduduki posisi startegis dalam birokrasi seperti yang mereka katakan, maka tanyakan kepada Penjabat Bupati waktu itu kala menempatkan para pegawai hingga pejabat waktu dia berkuasa di daerah ini. Harus diingat pula bahwa semua PNS yang pindah dari Kabupaten Kupang ke Kabupaten Sabu Raijua adalah hasil persetujuan antara Bupati Kupang dan Penjabat Bupati Sabu Raijua, ” ujar Dira Tome.
Tak tanggung-tanggung, lawan politik dengan lugas dan percaya diri mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh pemerintah semuanya mubasir. Mereka bicara seperti orang suci yang tidak punya noda. Tiga pabrik yang dibangun oleh pemeritahan Marthen Dira Tome dan Nikodemus Rihi Heke, dikatakan akan mubasir dan hanya menghabiskan uang rakyat. Mereka melontarkan isu dengan kata AKAN, tanpa ada pembuktian dari apa yang mereka isukan kepada masyarakat.
“Hanya mereka yang tidak percaya diri dan memiliki niat jahat yang selalu menebar isu. Semua orang tahu bahwa sebuah isu kadang tidak memiliki kebenaran hakiki. Mungkin mereka berpikir masyarakat di Sabu Raijua terlalu gampang untuk dibodohi hanya dengan isu murahan yang tidak memiliki bukti,” Habel Miha Gili, Warga Kelurahan Limaggu Sabu Timur.
Sebagai masyarakat Sabu yang telah merasakan sentuhan pembangunan dan bantuan pemerintah kata Habel, tidak akan membuat masyarakat buta hanya lantaran isu-isu negatif. Kalaupun ada yang termakan isu, hanya mereka yang selama ini memang berbeda politik dengan pemerintah yang sedang bekerja saat ini. Kebenaran dan kenyataan tidak bisa dinafikan hanya dengan retorika yang menyesatkan pikiran.
“Biasanya yang selalu jadi racun adalah orang-orang yang hidupnya diluar Pulau Sabu. Mereka selalu datang dengan mulut manis seakan-akan mereka lebih hebat, padahal tidak ada bukti. Coba saya tanya, selama mereka jadi pejabat di Provinsi sana, apa yang sudah mereka berikan untuk Sabu Raijua dengan posisi yang mereka miliki. Jangan karena untuk merebut kursi kekuasaan lalu mencela orang yang sudah berbuat bagi daerah ini,” ketusnya.
Belum lagi hingar-bingar berbagai isu yang disebar di media sosial seperti Facebook, semuanya bertujuan untuk mendiskreditkan lawan. Isu yang ditebar di dunia maya selalu menyempitkan pikiran tanpa ada bukti yang sahih terhadap pembuktian isu yang disebar. Namun bagi Paket MANDIRI, semua isu, sindiran, cacian bahkan semua perkataan yang melukai hati adalah “sayap” yang diberikan lawan untuk melambung lebih tinggi. Belajar dari batu akik, semakin mendapat gesekan akan semakin mengkilat dan bercahaya.
Ada juga isu yang dilontarkan bahwa untuk menjadi seorang bupati atau kepala daerah yang baik harus memiliki karier sebagai PNS hingga jenjang Kepala Dinas. Isu ini sangat lucu sebab seorang Gubernur NTT saja tidak pernah menjadi seorang PNS apalagi menjadi seorang kepala Dinas. Namun karena aturan memberi kesempatan untuk dipilih maka bisa menjadi Gubernur, bahkan dipercayakan rakyat untuk memimpin NTT dua periode. Tidak benar kalau harus menjadi Kepala Dinas dulu baru bisa menjadi seorang pemimpin wilayah.
Isu lain yang dihembus oleh lawan politik kepada masyarakat yakni dengan mengedarkan kliping Koran yang menulis bahwa sekalipun menang Pilkada, seorang tersangka tidak akan dilantik. Padahal dalam berita di Koran tersebut secara jelas telah mengatakan bahwa itu hanya usulan KPU dan keputusannya berada di Pemerintah sebagai pihak yang akan melantik. Beritanyapun mubasir karena terbit sebelum Undang-Undang nomer 8 tahun 2015 tentang Pemilukada disahkan. Undang-Undang tentang Pilkada menolak semua usulan KPU terkait seorang tersangka bila menang tidak dilantik. (Baca: Tersangka tidak dilantik jika menang Pilkada)
“Tidak ada dalam undang-undang nomer 8 tahun 2015 yang mengatakan bahwa KPU tidak akan melantik pasangan terpilih jika statusnya sudah menjadi tersangka. Kecuali yang bersangkutan sudah ada keputusan hukum yang mengikat,” kata Ketua KPUD Sabu Raijua, Yudhy Tagi Huma.
“Saya berada diruang politik tetapi mengerjakan hal yang suci. Saya tidak ingin jika dalam setiap helaan nafas selalu ada kebohongan. Saya memahami politik yang berbeda dengan yang dipahami oleh orang lain. Saya termasuk politikus calvinis, dimana pekerjaan politik itu sakral, karena dalam dunia politik, beda antara kejahatan dan kebaikan sangat tipis. Politik diciptakan Tuhan sebagai penahan kejahatan,” ungkap Marthen Dira Tome kepada Tabloid Seputar NTT.
Sejatinya seorang politikus dan calon pemimpin kata Marthen Dira Tome, harus mampu menjual ide dan program yang cemerlang kepada masyarakat, bukan dengan menebar isu. Dengan menyampaikan ide dan gagasan yang akan dibuat ketika memimpin akan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk menilai ide dan gagasan serta program dari seesorang yang ingin menjadi Bupati atau Wakil Bupati. Mencari simpati rakyat yang berwibawa lanjutnya adalah dengan menyampikan mimpi tentang masa depan kepada rakyat.
“Kalau ada orang yang memiliki program yang lebih baik dari apa yang kami lakukan di Sabu Raijua saat ini saya ajak untuk kita beradu program. Orang cerdas akan bica ide, gagasan dan program bukan bicara isu atau membicarakan orang lain. Sebagai calon pemimpin kita harus memberi pencerahan kepada masyarakat sehingga mereka tidak berpikir bahwa politik itu jahat karena saling menyerang satu dengan yang lain,” pungkas Marthen.
Marthen Dira Tome juga menghimbau kepada seluruh tim sukses maupun relawan dan sahabat Mandiri agar tetap tenang dalam menaggapi setiap isu negatif yang sedang dimainkan oleh lawan politik dan tim suksesnya. Apa yang dibuat oleh lawan-lawan politik, merupakan bentuk-bentuk kekecewaan dan emosional karena mereka telah gagal mempengaruhi masyarakat dengan isu busuk yg mereka tebar lewat berbagai cara.
Masyarakat telah menganggap mereka tidak lebih dari sekelompok penipu dan pembohong yang sedang berjuang memperoleh jabatan bupati dengan cara fitnah dan tipu. Kliping koran yang ditebar dan sengaja dibuang ke halaman rumah tim Mandiri disangka sebagai cara efektif menghapus nama besar Mandiri dari hati masyarakat. Mereka semakin frustrasi ketika masyarakat tidak terpengaruh dengan semua bentuk kejahatan yg dibuat. Kondisi lain yang sangat menyiksa para lawan politik adalah pertemuan yang dilakukan gagal menghadirkan banyak orang. Kehadiran masyarakat berfluktuasi berkisar 8 sampai 15 orang, sementara pertemuan Mandiri selalu dipadati masyarakat.
“Ini merupakan salah satu sumber kedengkian tim lainnya, sementara isu dan program Mandiri begitu gemilang dan bernas, ditambah dengan kerjanya yang telah dinikmati rakyat. Saat ini yang bisa lawan poitik lakukan adalah mencoba membuat isu pembusukan melalui dunia maya yang sulit dipertanggungjawabkan dengan memanfaatkan jasa para penganggur yang hari-harinya mendapat sesuap makan dengan cara merusak nama baik orang lain,” tandas Dira Tome.
Dira Tome dengan tegas meminta pada semua tim sukses, para relawan dan sahabat MANDIRI untuk tidak sekali-kali melakukan pembusukan terhadap lawan-lawan yang akan datang mengadu nasib di pulau para dewa. “Politik tidak equal dengan putar balik atau penipuan, politik sebuah kesucian yang memberi penerangan sekaligus menggarami, karena politik tidak gelap dan tidak busuk. Semua tim agar tetap mempertahankan doktrin ini, supaya apa yang dilakukan memberikan penerangan terhadap kegelapan yang ditebar oleh lawan-lawan Mandiri.
Mengakhiri himbauannya, Dira Tome berpesan agar harus mengakui keunggulan lawan. Jika program mereka lebih baik dari Mandiri harus diberi apresiasi, jangan dikatakan tidak baik, nanti dianggap tidak rasional. Jika lawan politik tidak bicara mengenai program dan hanya menebar fitnah, itu adalah kejahatan dan pembodohan yang harus dilawan. “Cintailah rakyat kita dengan memberikan pengetahuan politik dan pembangunan yang baik dan benar, tidak dengan tipu menipu. Bekerjalah dengan penuh cinta, karena cinta dapat merubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Selamat berjuang,” pungkas Dira Tome
Diakhir masa jabatannya, Marthen Dira Tome berpesan kepada semua Pejabat, Para Camat, Kepala Desa dan PNS di Sabu Raijua agar jangan mewarnai pemerintahan Sabu Raijua dengan setumpuk jasa, tetapi dibarengi dengan segudang dosa. Dira Tome juga menghimbau kepada semua politisi yang akan datang bertarung mengadu nasib di Sabu Raijua untuk tidak melihat dan menggunakan hajatan politik yang akan berlangsung di Sabu Raijua sebagai kesempatan untuk menipu atapun melakukan pembodohan, karena politik tidak sama dengan kebohongan.
“Politik itu institusi yang akan menahan lajunya kejahatan untuk tidak merasuk masuk ke dunia kebaikan karena dalam dunia politik beda antara kebaikan dan kejahatan terlampau tipis , itu kata Jhon Calvin. Dalam dogma Kristiani, Politik itu harus mampu menerangi sekaligus menggarami, karena politik tidak gelap dan juga tidak busuk. Semua isu negatif yang dialamatkan kepada siapa saja, wajib diluruskan karena yang ditakutkan, apa yang dikatakan oleh pejuang kemanusian Bangsa India Mahatma Gandhi bahwa jika kejahatan harus dibalas dengan kejatahan maka dunia ini akan penuh dengan penjahat. Jika satu mata dibalas dengan satu mata maka dunia ini akan dipenuhi dengan orang buta. Jika para politisi selalu menebar isu kebohongan dan penipuan, maka Sabu Raijua akan dipenuhi oleh para penipu,” tandas Dira Tome.
Marthen Dira Tome dan Nikodemus Rihi Heke sadar bahwa dari seribu orang Sabu Raijua tak akan bertampik sorak pada saat yang bersamaan, pasti ada yang mencibir dan mencerca. Mereka juga tahu bahwa dalam membangun selama 53 purnama terakhir ada banyak keluh kesah bahkan airmata. Tapi tidak boleh juga menampik bahwa ada ribuan senyuman yang terukir dibibir rakyat Sabu Raijua yang telah merasakan jamahan Pemerintahan Bupati Marthen Dira Tome dan Wakil Bupati Nikodemus Rihi Heke.(joey rihi ga)